Desain responsif sangat populer akhir-akhir ini. Hal tersebut terbilang wajar: karena perangkat yang kita gunakan untuk menjelajahi internet saat ini memiliki ukuran layar yang bervariasi. Sebuah situs web sebaiknya mampu menyesuaikan tampilannya dengan beragam ukuran layar tanpa kendala agar situs tersebut dapat diakses lewat perangkat apapun. Cara paling mudah untuk mendapatkan keunggulan semacam ini ialah dengan memanfaatkan fungsi dari kerangka kerja.
Sejak dibuat pada tahun 2011, Bootstrap sangat populer di kalangan pengembang front-end. Bootstrap sendiri mudah dipelajari dan digunakan – namun, bukan berarti program ini memiliki semuanya. Lagipula, desain berbasis Bootstrap yang mudah dikenali ternyata membuat sebagian besar web jadi terlihat sama. Di tutorial ini, kami akan memperkenalkan Anda beberapa alternatif Bootstrap yang diharapkan lebih sesuai dengan kebutuhan Anda.
Daftar Isi
Foundation: untuk kebutuhan situs dan email
Salah satu alternatif Bootstrap paling terkenal adalah Foundation yang dikeluarkan oleh ZURB pada tahun 2011. Anda dapat menggunakannya untuk mempersiapkan situs web dan aplikasi front-end yang responsif. Pengembang di ZURB juga berpendapat bahwa program Foundation ii sangat kompatibel dengan teknologi back-end dan server yang mana pun.
Penawaran Terakhir yang Aktif Saat Ini:
GET 50% OFF
DataCamp Black Friday Sale
During this DataCamp Black Friday, you can access the top-rated courses with a 50% discount. Enroll now for way less!
Alternatif Bootstrap yang akan dibahas pertama kali adalah Foundation. Sama seperti Bootstrap, Foundation adalah sumber terbuka: Anda dapat menemukan semua berkas terkait di GitHub. Struktur kerangka dibuat menggunakan HTML, CSS, dan JavaScript, dan kerangka itu sendiri berjalan di browser tanpa memerlukan perangkat lunak tambahan apa pun.
Riwayat Foundation bermula dari sekumpulan aturan panduan gaya ZURB yang diterapkan oleh perusahaan sejak tahun 2008. Seiring berjalannya waktu, Foundation tumbuh menjadi kerangka kerja yang awalnya digunakan oleh tim secara internal saja lalu setelah itu Foundation dirilis ke publik. ZURB juga menggunakan Foundation untuk kliennya sekarang: daftar klien ZURB diisi oleh nama-nama perusahaan terpopuler seperti Coca Cola, Pixar, Barclays, Ford, dan banyak lagi lainnya.
Sejak awal, tim ZURB bekerja dengan pendekatan yang mengutamakan tampilan perangkat seluler. Pengguna disarankan untuk mulai membuat versi terkecil dari desain web mereka terlebih dahulu, lalu setelah itu lanjut ke proses untuk mengembangkannya. Mendesain web dengan pendekatan dari bawah ke atas memungkinkan pengembang untuk dapat menghindari tindakan membebani layar yang lebih kecil dengan fitur yang tidak perlu yang mana akan memperlambat pemuatan. Hal ini juga dapat Anda jadikan sebagai bahan pertimbangan untuk menentukan alternatif Bootstrap terbaik.
Dengan menggunakan Foundation untuk Email, Anda juga dapat membuat email responsif. Fitur ini sangat berguna untuk memenuhi kebutuhan era digital: karena diperkirakan lebih dari setengah jumlah email dibuka lewat perangkat seluler. Cara ini sudah diterapkan oleh 75 persen pengguna Gmail (yang mencapai 675 juta orang secara keseluruhan!).
Jika ingin membandingkan Foundation vs Bootstrap, kita dapat langsung melihat beberapa perbedaan yang jelas. Meskipun Bootstrap jauh lebih populer, Foundation dikenal dengan keunggulannya yang memiliki desain situs web yang lebih khas. Keuntungan lain yang dimiliki Foundation adalah widget tambahan bawaan. Anda dapat menggunakan Abide untuk validasi formulir, menambahkan menu di luar kanvas, dan menampilkan tabel harga otomatis jika dibutuhkan. Kode yang ditulis Foundation juga umumnya lebih ringan dibandingkan Bootstrap.
Jika belum cukup tertantang dengan fitur yang ditawarkan Foundation, Anda dapat mencoba alternatif Bootstrap berikut ini yang hadir dengan spesifikasi berbeda!
Bulma: pilihan CSS murni
Salah satu alternatif Bootstrap yang layak dipertimbangkan adalah Bulma. Dibandingkan dengan kerangka kerja front-end populer lainnya, usia Bulma masih terbilang muda (baru tersedia untuk pemrogram sejak 2016). Namun, Bulma memiliki perbedaan yang sangat mencolok: penggunaan Bulma tidak melibatkan JavaScript – melainkan CSS murni saja.
Intinya, Bulma merupakan pustaka kelas CSS. Model kotak yang digunakan sepenuhnya didasarkan pada Flexbox. Pada dasarnya, Bulma terbuat dari sekitar empat puluhan berkas SASS (Syntactically Awesome Style Sheets). Anda dapat mengimpornya satu per satu jika Anda tidak ingin menggunakan semua fitur yang ada.
Sama seperti Foundation, Bulma menggunakan pendekatan yang mengutamakan perangkat seluler dan memprioritaskan pengoptimalan pembacaan vertikal. Ini artinya tata letak default Bulma akan menumpuk kolom secara vertikal dan menyembunyikan menu navigasi di titik henti seluler. Dan sebelum Anda bertanya – ya, titik henti lain yang tersedia juga memiliki nama yang cukup intuitif: seperti tablet, desktop, layar lebar, dan fullhd. Secara keseluruhan, sintaksis yang mudah dibaca dan dipahami adalah kekuatan lain yang ditonjolkan oleh Bulma.
Ketika membandingkan Bulma vs Bootstrap, Bulma dinilai lebih unggul karena tidak memerlukan JavaScript untuk kepentingan desain web responsive. Selain itu, alternatif Bootstrap ini memiliki sintaks yang ramah pemula dan disebut-sebut sebagai daya tariknya. Bulma juga dilengkapi dengan lebih dari seratus kelas pembantu CSS dan telah mendapat dukungan penuh Font Awesome. Meski demikian, Bootstrap jauh lebih unggul dalam perkara komunitas pengguna. Responsivitas Bootstrap juga dinilai sedikit lebih baik di Internet Explorer.
Alternatif bootstrap berdasarkan Material Design
Google mengembangkan bahasa desain yang disebut Material Design pada tahun 2014 dan menyajikan pembaruan yang signifikan pada tahun 2018. Ide peluncuran Material Design ini diawali oleh fitur kartu yang diperkenalkan oleh Google Now. Karena Material Design telah menjadi bahasa desain yang konsisten, bahasa ini perlahan mulai mendukung tata letak kisi, efek kedalaman, dan animasi responsif. Menurut pengembangnya, mereka mengakui telah terinspirasi dari kertas dan tinta. Material Design pada awalnya dimaksudkan untuk digunakan untuk kebutuhan aplikasi Google sendiri. Bahasa ini dapat bekerja dengan lancar di semua versi Android. Namun, seiring dengan berjalannya waktu, seperangkat alat bahasa desain Material Design tersebut disediakan untuk umum.
Terdapat dua kerangka kerja yang dibuat berdasarkan bahasa Material Design. Yang pertama disebut dengan Material Design Lite (MDL). Kata terakhir pada nama kerangka kerja ini mewakili kesederhanaan penggunaannya, selain itu ukurannya kecil dan memiliki satu tujuan spesifik (hanya untuk desain situs web). Selain menyediakan berbagai macam komponen, Anda juga dapat menggabungkan MDL dengan bahasa pengkodean Elm. MDL dapat dinobatkan menjadi salah satu alternatif Bootstrap paling sederhana yang cocok untuk pemula karena memiliki beragam templat. Namun, kemudahan ini juga berarti memberikan Anda risiko untuk memiliki situs web yang tidak memiliki sentuhan unik.
Kerangka kerja front-end responsive yang akan dibahas selanjutnya disebut Materialize. Sederhananya, Materialize adalah pustaka ringan yang dibuat dengan CSS, JavaScript, dan HTML. Anda dapat menggunakan versi standarnya atau yang berbasis SASS – namun, perlu diingat bahwa kedua pilihan ini sama-sama membutuhkan banyak memori, jika dibandingkan dengan alternatif Bootstrap lainnya.
Materialize merupakan platform-netral, maksudnya desain yang Anda buat akan terlihat sama bagusnya di layar dengan ukuran resolusi berapa pun. Namun sayangnya, hal demikian tidak berlaku terhadap kompatibilitas browser karena Materialize tidak menggunakan Flexbox. Hal ini dapat menyebabkan masalah saat menjalankan Internet Explorer sekarang serta meningkatkan risiko kompatibilitas di masa mendatang.
Ketika membandingkan kerangka kerja berbasis Material Design vs Bootstrap, perbedaan pertama dan paling penting ditinjau adalah basis penggunanya. Bootstrap muncul beberapa tahun lebih lama, dan hal ini membuatnya memiliki lebih banyak pengguna. Saat ini, Bootstrap memiliki 137.000 bintang di GitHub, sementara Materialize baru memiliki 37.000 dan MDL hanya memiliki 31.000. Dengan demikian, pemula Bootstrap dapat dengan mudah mendapatkan bantuan di forum komunitas dan kelompok pengguna serta membuat kurva belajarnya jadi tidak terlalu menakutkan.
Masih ada beberapa alternatif Bootstrap yang layak dicoba. Yuk, cari tahu!
Program yang Berat: Semantic UI
Hal pertama yang biasanya diperhatikan pengembang mengenai kerangka kerja yang akan dibahas berikut ini adalah ukurannya. Saat Anda membandingkan Semantic UI vs Bootstrap, coba pikirakan: bentuk Semantic UI yang paling dasar hadir dengan lebih dari dua puluh tema, sedangkan Bootstrap hanya memiliki satu. Ukurannya tentu sangat besar dan sedikit merepotkan untuk menginstal kerangka kerja ini.
Namun, ada alasan dibalik ukurannya yang berat. Tidak ada yang dapat menandingi pesona Semantic UI jika Anda mengedepankan personalisasi untuk menentukan alternatif Bootstrap yang terbaik. Dengan menyediakan lebih dari tiga ribu variabel tema dan komponen UI, Semantic UI menawarkan lebih banyak opsi dan elemen kepada pengguna daripada Bootstrap. Prinsip utama yang ada dalam pikiran pengembang saat membuat kerangka kerja ini adalah kejujuran progresif. Maksud dari gagasan ini adalah pengguna Semantic UI harus bertujuan untuk memilih variabel yang tersedia dan mempersonalisasikannya, daripada harus memulai dengan halaman kosong saja.
Sesuai dengan namanya, kelebihan Semantic UI berikutnya terletak pada fitur semantiknya. Dengan menggunakan nama kelas yang mudah dibaca dan dipahami membuatnya sederhana dan bahkan intuitif bagi pemula yang baru berkenalan dengan framework. Selain itu, Semantic UI menyederhanakan proses debug dan mendukung banyak aplikasi eksternal, termasuk tetapi tidak terbatas pada Meteor, React, dan Angular.
Semantic UI pertama kali dirilis pada tahun 2013. Versi terbarunya adalah 2.4, yang memperkenalkan dropdown, placeholder, dan placeholder segments yang dapat dihapus, serta flexbox modals yang ditingkatkan.
Anda mungkin juga menemukan kerangka kerja yang disebut dengan Unsemantic. Jangan bingung: meskipun namanya mirip, Semantic UI dan Unsemantic adalah dua proyek yang sangat berbeda. Nathan Smith membuat Unsemantic sebagai penerus proyek sebelumnya yang dinamai 960 Grid System. Namun, proyek terbaru yang ia kembangkan ini tidak terlalu dikenal publik. Pada akhir 2023, Unsemantic hanya memiliki lebih dari seribu bintang di GitHub, dan tanggal pengikatan terakhir kali dibuat hampir dua tahun yang lalu. Hm… rasanya akan jauh lebih baik jika menyebutkan Unsemantic sebagai pesaing yang mudah dieleminasi saat harus memilih satu alternatif Bootstrap terbaik.
Apakah kamu tahu?
Pernahkah Anda bertanya-tanya situs belajar online mana yang terbaik untuk pengembangan karier Anda?
Jadi – pilih Bootstrap atau alternatif Bootstrap saja?
Bootstrap memang bagus. Tapi, kerangka kerja yang beda mungkin akan beroperasi dengan lebih baik untuk mengerjakan proyek yang berbeda. Kami berharap pengenalan komprehensif kami tentang alternatif Bootstrap terpopuler ini dapat membantu Anda memahami perbedaannya dan menentukan pilihan yang tepat.
Jika Anda memutuskan untuk tetap menggunakan Bootstrap, tidak ada yang melarang – karena sejatinya Bootstrap sangat populer dan banyak digunakan dikarenakan beberapa alasan. Tetap pastikan Anda dapat memanfaatkannya dengan sebaik mungkin: dapatkan semua kiat-kiat dan trik terbaik dari kursus Bootstrap interaktif di BitDegree!