Free Airdrop Season 7 is LIVE! Answer fun questions or do simple tasks to earn rewards from the $30K BitDegree prize pool. Participate Now ! 🔥
Dalam dunia cryptocurrency yang terus berkembang, di manakamu bisa menemukan aset digital naik dan turun seperti ombak di lautan, ada satu model yang menarik perhatian para investor, analis, dan peminatnya, yaitu model stock to flow Bitcoin.
Stock to flow Bitcoin dikembangkan oleh seorang analis anonim yang dikenal sebagai PlanB, model ini telah muncul sebagai tool yang menjanjikan untuk ngebantu memahami pergerakan harga Bitcoin. Enggak cuma itu, stock to flow ratio Bitcoin telah dikenal atas keakuratannya dalam memprediksi nilai cryptocurrency pada masa depan.
Artikel ini ditujukan buat semua kalangan, apakah kamu seorang investor Bitcoin berpengalaman ataupun seseorang yang ingin memahami nuansa analisa cryptocurrency. Tenang saja, aku di sini buat ngasih insight berharga tentang pergeseran paradigma yang inovatif dalam evaluasi Bitcoin.
Jagan lupa untuk selalu melakukan trading di bursa kripto yang bisa dipercaya seperti Binance, Kraken, atau KuCoin.

Apakah kamu tahu?
Berlangganan - Kami membuat video baru tentang penjelasan crypto setiap minggu!
What is Curve Finance in Crypto? (Animated Explanation)

Daftar Isi
Apa Itu Stock to Flow?
Sebelum masuk ke dalam Bitcoin stock to flow model, pertama-tama kita harus tahu dulu apa itu stock to flow, sebagai perkenalan stock to flow Bitcoin.
Penawaran Terakhir yang Aktif Saat Ini:Head to BitDegree Missions, gather as many Bits as possible & claim your stake of the $30,000 Prize Pool! Don't waste your time & start collecting Bits by completing Missions and referring friends.
Stock-to-flow (S2F) enggak cuma ada di dunia mata uang digital. S2F adalah konsep yang sudah lama telah digunakan di banyak industri dan analisa ekonomi. Jadi, apa itu stock to flow kalau enggak terkait dengan kripto?
Oke, intinya gini, yang dimaksud dengan apa itu stock to flow adalah rasio yang mengukur stock dari aset tertentu yang relatif terhadap produksi tahunan, atau flow.
Rasio ini memberikan insight tentang kelangkaan dan nilai aset yang bersangkutan. Singkatnya, stock mengacu pada jumlah aset yang saat ini tersedia di pasar, sedangkan flow mewakili pasokan baru yang memasuki pasar setiap tahun.
Nah, mari kita ambil contoh di luar dunia crypto untuk mengilustrasikan konsep ini. Bayangkan kamu mempertimbangkan untuk berinvestasi dalam bentuk emas. Emas dikenal sebagai aset berharga sepanjang sejarah, dan rasio stock to flow punya peran penting dalam menentukan nilai pasarnya.
Stock emas mengacu pada jumlah total emas yang telah ditambang dan tersedia untuk digunakan atau diinvestasikan. Lalu, flow mewakili produksi tahunan emas baru.
Ketika rasio stock to flow suatu aset seperti emas tinggi, berarti aset tersebut langka dan punya pasokan terbatas dibandingkan dengan produksi tahunannya. Kelangkaan ini cenderung bikin nilai aset di pasar naik.
Sebaliknya, jika rasio S2F rendah, berarti mengindikasikan ketersediaan aset yang lebih tinggi dan berpotensi menyebabkan nilai pasar yang lebih rendah.
Konsep stock-to-flow juga bisa diterapkan pada komoditas lain.
Contohnya minyak. Stock minyak mengacu pada total cadangan minyak yang dapat diekstraksi dan digunakan, sedangkan flow mewakili produksi tahunan minyak baru. Dengan menganalisa rasio stock to flow minyak, para ahli bisa mengukur keseimbangan antara penawaran dan permintaan, juga membuat prediksi tentang harga minyak di masa depan.
Penting untuk dicatat bahwa rasio stock to flow bukanlah indikator yang berdiri sendiri, tapi tool yang digunakan bersama dengan yang lainnya yang bertujuan untuk menilai dinamika pasar aset tertentu. Para ekonom, analis, dan investor mengandalkan rasio ini untuk mendapatkan insight tentang kelangkaan, tren harga, dan peluang investasi potensial.
Dengan memahami apa itu stock to flow ataupun rasio stock to flow dari berbagai aset, kamu bisa membuat keputusan yang tepat dalam berinvestasi, juga menilai dinamika pasar di berbagai industri.
Penjelasan Model Stock to Flow Bitcoin
Nah, aku sudah menjelaskan apa itu stock to flow, selanjutnya mari kita uraikan seluk-beluk Bitcoin stock to flow model, pastinya dengan cara yang mudah dipahami dan informatif.
Sebelum masuk ke penjelasan, kamu harus lihat tampilan grafik stock-to-flow Bitcoin di bawah ini:
Sumber: Glassnode Studio
Semua orang tahu kalau Bitcoin adalah crypto paling populer di dunia dan telah menarik perhatian, enggak cuma karena sifatnya yang terdesentralisasi dan potensinya yang ngeganggu sistem keuangan tradisional, tapi juga gara-gara model ekonominya yang unik. Salah satu tool utama yang digunakan untuk menganalisa nilai dan dinamika harga Bitcoin adalah model stock-to-flow.
Apa sih yang bikin Bitcoin stock to flow model menarik banget?
Nah, poin utama dari gimana caranya model ini bisa dipahami oleh para penggemar crypto adalah korelasi historisnya dengan pergerakan harga Bitcoin, terutama dalam kondisi pasar yang normal.
Para analis telah mengamati bahwa, sewaktu stock to flow ratio Bitcoin meningkat, harganya cenderung mengikuti. Menurut model ini (karena peristiwa halving Bitcoin terjadi kira-kira setiap empat tahun sekali), mengurangi tingkat suplai baru hingga setengahnya bisa meningkatkan rasio stock to flow secara signifikan.
Pengurangan flow aset Bitcoin baru yang masuk ke pasar ini menciptakan kelangkaan yang secara historis mendorong kenaikan harga.
Para pendukung model stock-to-flow berpendapat bahwa kelangkaan Bitcoin merupakan pendorong utama dari proposisi nilai jangka panjangnya. Mereka percaya bahwa pasokan tetap Bitcoin yang berjumlah 21 juta koin, dikombinasikan dengan tingkat penerbitan yang semakin berkurang, membuat koin ini sebanding kelangkaannya dengan komoditas berharga.
Sudut pandang ini menunjukkan bahwa, stock to flow ratio Bitcoin yang meningkat dari waktu ke waktu, berpotensi menyebabkan apresiasi harga yang substansial. Saat memeriksa grafik Bitcoin stock to flow, kamu bisa melihat gimana variabel-variabel tersebut sebenarnya berhubungan.
Penting kamu perhatikan bahwa model stock-to-flow enggak tanpa kritik. Beberapa orang berpendapat bahwa nilai Bitcoin dipengaruhi oleh berbagai faktor di luar kelangkaan, misalnya kayak sentimen pasar, tingkat adopsi, perkembangan regulasi, dan kondisi ekonomi makro (ada juga bukti historis yang mendukung hal tersebut).
Oleh karena itu, para investor yang berpikiran kritis ini menyarankan untuk berhati-hati agar enggak cuma mengandalkan model stock to flow Bitcoin untuk prediksi harga, tapi juga perlu analisa komprehensif yang mempertimbangkan berbagai faktor.
Singkatnya, Bitcoin stock to flow model menyediakan kerangka kerja yang menarik untuk menganalisa hubungan antara kelangkaan dan harga di pasar crypto. Korelasi historisnya dengan pergerakan harga Bitcoin dalam kondisi pasar normal telah menarik perhatian banyak investor dan analis.
Walaupun model ini menawarkan insight yang berharga, penting untuk mendekatinya dengan perspektif yang seimbang, jangan mengikutinya begitu saja. Caranya dengan mempertimbangkan faktor-faktor lain yang bisa memengaruhi nilai Bitcoin. Sampai sini enggak usah khawatir, aku akan ngebantu kamu menjelajahi implikasi dari model stock-to-flow secara lebih rinci dan memeriksa kekuatan dan keterbatasannya untuk analisa crypto.
Faktor dan Variabel Utama
Selanjutnya kita akan bahas apa saja sih faktor dan variabel utama yang berkontribusi pada efektivitas model terobosan ini?
Suplai dan Stock to Flow Ratio
Salah satu komponen dasar dari model S2F jelas adalah konsep suplai dan rasio stock to flow. Suplai mengacu pada jumlah total Bitcoin yang saat ini beredar, sedangkan stock to flow ratio Bitcoin adalah ukuran suplai baru yang masuk ke pasar relatif terhadap suplai yang ada.
Rasio stock to flow yang lebih tinggi mengindikasikan aset yang lebih langka dan korelasi dengan nilai Bitcoin, seperti yang bisa kamu lihat pada grafik Bitcoin stock to flow.
Peristiwa Halving
Tingkat penerbitan Bitcoin punya proses yang disebut “halving” kira-kira setiap empat tahun sekali. Selama peristiwa halving, jumlah Bitcoin baru yang dibuat di setiap blok dikurangi setengahnya.
Peristiwa ini diprogram ke dalam protokol Bitcoin dan sangat penting dalam model S2F karena secara langsung berdampak pada dinamika suplai dan rasio stock to flow.
Kelangkaan dan Persepsi Pasar
Kelangkaan Bitcoin adalah elemen yang penting buat dipertimbangkan dalam model S2F. Ketika stock to flow ratio Bitcoin ataupun rasio stock to flow aset lainnya meningkat karena peristiwa halving, model ini menunjukkan bahwa Bitcoin menjadi semakin langka, yang berpotensi menyebabkan peningkatan nilai.
Persepsi pasar mengenai kelangkaan dan kepercayaan terhadap validitas model stock-to-flow memainkan peran penting dalam membentuk pergerakan harga Bitcoin.
Pola Harga Historis
Model stock-to-flow memanfaatkan pola harga historis untuk membuat prediksi pergerakan harga masa depan.
Dengan memeriksa hubungan antara rasio stock to flow dan perilaku harga di masa lalu, model ini mencoba mengidentifikasi pola dan tren yang berulang. Kamu perlu tahu bahwa kinerja masa lalu bukan jaminan hasil masa depan, tapi data historis bisa memberikan insight berharga tentang potensi pergerakan harga.
Kekuatan Pasar dan Faktor Eksternal
Walaupun model stock-to-flow fokus sama dinamika pasokan internal Bitcoin, penting untuk diketahui bahwa faktor eksternal dan kekuatan pasar bisa memengaruhi harga crypto.
Ingat loh, kamu perlu mengingat faktor eksternal dan kekuatan pasar. Jangan lupa bahwa sentimen pasar, perkembangan regulasi, kondisi ekonomi makro, dan kemajuan teknologi berpengaruh banget pada nilai Bitcoin dan harus dipertimbangkan selain melihat analisa model stock-to-flow.
Kesimpulannya, penting banget memahami implikasinya dalam analisa cryptocurrency agar bisa memahami faktor dan variabel utama dalam model stock-to-flow (Bitcoin).
Suplai dan rasio stock to flow, halving event, kelangkaan, pola harga historis, kekuatan pasar, dan faktor eksternal semuanya berkontribusi pada efektivitas model. Dengan mempertimbangkan elemen-elemen ini, kamu bisa memperoleh insight berharga mengenai potensi pergerakan harga Bitcoin dan lanskap mata uang digital yang terus berkembang.
Pembahasan stock to flow Bitcoin enggak cuma sampai di sini saja, selanjutnya mari kita lihat gimana model stock-to-flow telah merevolusi cara analisa cryptocurrency, dan implikasinya terhadap pasar kripto secara keseluruhan.
Membedah Pentingnya Stock-To-Flow Dalam Investasi Kripto
Untuk terjun ke investasi crypto, penting banget punya pemahaman kuat tentang faktor-faktor yang dapat memengaruhi nilainya. Dalam konteks ini, model S2F dianggap sangat relevan, terutama kalau kita ngomongin tentang Bitcoin stock to flow model.
Sempat aku sebutkan sebelumnya, model stock-to-flow menekankan pentingnya kelangkaan dalam menentukan nilai aset. Ketika aset tersebut semakin langka, jelas kalau nilainya akan meningkat.
Prinsip yang sama berlaku dengan cryptocurrency dan jadi sangat terkenal dalam konteks Bitcoin.
Kira-kira apakah model stock to flow Bitcoin bisa diterapkan pada cryptocurrency lainnya enggak ya?
Meskipun model S2F model jadi populer setelah memprediksi kenaikan Bitcoin dari akhir 2020 hinga awal 2021[1],model ini juga telah diterapkan pada cryptocurrency lainnya. Beberapa investor percaya bahwa rasio stock to flow dapat memberikan insight yang berharga mengenai seberapa besar nilai cryptocurrency di masa depan, berdasarkan kelangkaan dan cara penerbitannya.
Ingat loh, enggak semua orang setuju kalau model stock-to-flow bisa digunakan untuk semua cryptocurrency. Koin yang berbeda punya karakteristik dan cara pembuatan yang berbeda juga, jadi model stock to flow Bitcoin mungkin enggak berlaku buat semua koin.
Intinya, penting untuk berhati-hati. Selalu lihat dulu fitur unik setiap cryptocurrency dan cara kerjanya sebelum menggunakan model stock-to-flow.
Cryptocurrency teratas saat ini, Bitcoin, punya pasokan tetap 21 juta koin dan rasio stock to flow yang terus meningkat dari waktu ke waktu, tentu jadi proposisi nilai yang menarik bagi investor. Walaupun enggak ada model yang dapat memprediksi masa depan dengan pasti, model S2F telah menunjukkan prediksi yang memang menjanjikan untuk harga Bitcoin di masa lalu.
Analisa data historis menunjukkan adanya korelasi antara rasio stock to flow dan kinerja pasar Bitcoin. Karena alasan ini sebagian investor menggunakan model ini sebagai tool untuk mengambil keputusan investasi, meskipun penting untuk berhati-hati dan mempertimbangkan faktor-faktor lain juga.
Model stock-to-flow sangat mementingkan perspektif jangka panjang dalam investasi kripto. Model ini menunjukkan bahwa fluktuasi jangka pendek pada harga sebuah cryptocurrency mungkin kurang relevan jika dibandingkan dengan kelangkaan aset dan dinamika stock-to-flow dalam jangka waktu lama.
Investor yang percaya pada validitas model ini banyak yang mengadopsi mental HODL, dengan fokus pada apresiasi nilai jangka panjang Bitcoin.
Selain menarik perhatian para penggemar kripto, model stock-to-flow juga menarik perhatian komunitas investasi kripto yang lebih luas. Popularitasnya yang semakin meningkat punya potensi untuk membentuk sentimen pasar crypto dan memengaruhi keputusan investasi.
Semakin banyak investor yang menggunakan model stock to flow, prediksi dan implikasinya bisa memengaruhi dinamika pasar dari berbagai cryptocurrency, mendorong para trader menuju aset digital yang paling menjanjikan.
Model stock-to-flow telah sebagai pergeseran paradigma pada analisa crypto, terutama dalam Bitcoin. Stock to flow ratio Bitcoin dan yang lainnya punya perspektif unik mengenai hubungan antara kelangkaan dan nilai, memberikan insight yang berharga banget buat para investor kripto.
Meskipun stock to flow mendapat berbagai kritik dan keterbatasan, pengaruhnya yang meningkat menandakan perlunya mempertimbangkan dinamika stock-to-flow ketika menilai potensi nilai jangka panjang cryptocurrency.
Dengan memahami pentingnya stock-to-flow dalam investasi kripto, para investor bisa membuat keputusan yang lebih tepat dan menjelajahi dunia aset digital yang terus berkembang dengan mengetahui lebih banyak insight.
Manfaat dari stock to flow Bitcoin Model
Kita sudah ngebahas apa itu stock to flow, Bitcoin stock to flow model, dll. Sekarang kita bahas berbagai manfaat menggunakan model stock to flow Bitcoin.
✓ Mampu Memprediksi Harga
Salah satu manfaat utama dari Bitcoin stock to flow model adalah bisa memberikan prediksi harga yang lebih baik, tanpa adanya emosi dan persepsi individu. Memang, ketika menganalisa data historis crypto tanpa tool yang tepat, angan-angan bisa memainkan peran besar.
Dengan memasukkan kelangkaan Bitcoin dan tingkat produksinya, model stock to flow Bitcoin memperhitungkan faktor-faktor dasar yang mempengaruhi harga dari waktu ke waktu. Insight seperti ini membuat para investor bisa menganalisa grafik Bitcoin stock to flow, membuat keputusan yang lebih tepat, dan punya pemahaman yang lebih baik tentang tren harga Bitcoin untuk jangka panjang.
✓ Memperkirakan Nilai Dasar Bitcoin
Model stock to flow bitcoin juga bisa membuat penilaian lengkap terhadap nilai dasar Bitcoin. Mempertimbangkan rasio pasokan dan produksi Bitcoin memberikan insight tentang kelangkaan dan kegunaan aset tersebut.
Dengan membandingkan rasio stock to flow Bitcoin dengan aset lain seperti emas atau perak, investor bisa mengevaluasi nilai relatif dan potensinya sebagai penyimpan kekayaan.
Selain itu, Bitcoin stock to flow model telah mendapatkan perhatian luar biasa karena kemampuannya untuk memprediksi dampak dari peristiwa halving.
Model stock to flow mengukur penurunan pasokan baru yang dihasilkan halving, memberikan kepercayaan kepada investor akan sifat deflasi Bitcoin dan potensi untuk mengapresiasi nilainya dari waktu ke waktu.
✓ Berkontribusi pada Manajemen Risiko
Keuntungan lain dari model S2F adalah kontribusinya terhadap strategi manajemen risiko. Dengan menganalisa rasio stock to flow Bitcoin dan pergerakan harga historis, investor bisa mengidentifikasi potensi siklus harga dan memitigasi risiko.
Kontribusinya tersebut memungkinkan pengambilan keputusan yang lebih tepat, membantu investor menavigasi periode fluktuatif dan mengurangi risiko kerugian yang enggak perlu.
✓ Mendapat Validasi Efek Jaringan Pengguna yang Terus Berkembang
Bitcoin stock to flow model juga berfungsi sebagai validasi efek jaringan yang melekat pada cryptocurrency. Seiring dengan meningkatnya pengadopsian crypto dan kapitalisasi pasar Bitcoin, kelangkaan dan rasio stock to flow menjadi lebih jelas.
Insight tersebut memperkuat anggapan bahwa nilai Bitcoin enggak hanya didorong oleh spekulasi, tapi juga oleh jaringan penggunanya yang terus tumbuh dan semakin memperkuat posisinya sebagai cryptocurrency yang dominan.
Bitcoin stock to flow model membuat pergeseran paradigma dalam analisa crypto, karena model inilah ada pendekatan yang lebih holistik untuk memahami pergerakan harga dan nilai dasar Bitcoin.
Karena ekosistem crypto terus berkembang, Bitcoin stock to flow model jadi tool yang berharga bagi para investor dan peneliti, yang berkontribusi pada pemahaman yang lebih dalam mengenai aset digital yang inovatif ini.
Implikasi dan Kritikan
Oke, selanjutnya kita fokus ngebahas aspek-aspek yang enggak terlalu bagus dari Bitcoin stock to flow model. Walaupun punya pendukung, model ini juga mendapat implikasi dan kritik.
Sebagai permulaan, para kritikus berpendapat bahwa walaupun berkinerja baik di masa lalu, kesuksesan model stock-to-flow sebelumnya enggak ngejamin keakuratan di masa depan.
Contoh paling berhubungan terjadi pada crypto winter. Dimulai waktu inflasi AS naik ke tingkat yang enggak terlihat dalam beberapa dekade dan menyebabkan Federal Reserve mengambil tindakan dengan menaikkan suku bunga.
Akibatnya, para investor memutuskan untuk bermain aman dan menjual aset-aset berisiko tinggi seperti crypto dan saham. Jatuhnya harga crypto menunjukkan bahwa banyak pemberi pinjaman kripto, bursa kripto, dan hedge fund telah mengambil terlalu banyak risiko.
Pada Mei 2022, runtuhnya dua cryptocurrency terkenal, Luna dan TerraUSD, punya efek domino. Pemberi pinjaman kripto Voyager Digital dan Celsius Network mengajukan perlindungan kebangkrutan pada Juli 2022. Berbagai perusahaan ini menghadapi tantangan likuiditas dan salah urus, yang pada akhirnya menyebabkan kejatuhan mereka.
Pada November 2022, FTX mengalami kesulitan besar karena manajemen buruk dan kekurangan dana. Gara-gara ini FTX mengalami kebangkrutan dan pendirinya, Sam Bankman-Fried ditangkap. FTX, yang pernah bernilai US$32 miliar, sayangnya enggak bisa mengatasi tantangan ini. Hanya dua minggu kemudian, pemberi pinjaman kripto lainnya, BlockFi, juga menyatakan kebangkrutan.
Di tengah kekacauan tersebut, pasar kripto mengalami penurunan yang signifikan secara keseluruhan. total ukuran pasar jatuh lebih dari US$821,4 miliar, mewakili penurunan lebih dari 60% dari penutupan tahun 2021 sebesar US$2,22 triliun.
Sepanjang tahun 2022, Bitcoin mengalami penurunan nilai yang lumayan signifikan, yaitu sekitar US$46000 jadi sekitar US$16000antara Januari dan Desember. Penurunan ini berarti penurunan substansial hampir 65%.
Di tengah crypto winter, model stock-to-flow terbukti enggak cukup akurat untuk memprediksi harga Bitcoin. Terlepas dari proyeksi harga Bitcoin yang melebihi US$100.000 pada tahun 2022, nilai pasar aktual BTC pada tahun tersebut jatuh jauh di bawah estimasi optimis ini.
Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, harga Bitcoin dipengaruhi oleh berbagai faktor, termasuk sentimen pasar, perkembangan regulasi, kemajuan teknologi, dan kondisi ekonomi makro. Faktor-faktor ini mungkin enggak bisa keseluruhan ditangkap secara memadai oleh model stock-to-flow saja.
Selain itu, model stock-to-flow fokus sama kelangkaan sebagai pendorong utama nilai Bitcoin, cenderung mengabaikan aspek dasar lainnya seperti adopsi jaringan, utilitas, dan persaingan dengan crypto lainnya. Para kritikus berpendapat bahwa faktor-faktor ini punya peran penting dalam menentukan kesuksesan dan nilai jangka panjang Bitcoin.
Bisa dikatakan juga kalau model stock-to-flow sangat bergantung pada data historis untuk membuat prediksi tentang masa depan.
Pasar crypto adalah market yang dinamis banget dan dapat berubah dengan cepat, seperti yang dapat dilihat dari contoh crypto winter tahun 2022. Para kritikus berpendapat kalau cuma mengandalkan pola masa lalu saja mungkin enggak akan bisa sepenuhnya memperhitungkan peristiwa tak terduga atau pergeseran dalam dinamika pasar.
Terakhir, ada model penilaian alternatif lainnya yang punya pendekatan berbeda untuk memperkirakan nilai Bitcoin. Kritik terhadap model stock-to-flow menunjukkan bahwa analisa yang komprehensif harus mempertimbangkan banyak metodologi dan indikator untuk mendapatkan pemahaman yang lebih menyeluruh tentang nilai Bitcoin.
Meskipun Bitcoin stock to flow model telah mendapatkan popularitas sebagai tool untuk menganalisa nilai Bitcoin, penting untuk diingat bahwa kamu enggak bisa hanya menggunakan model ini saja.
Kemampuan stock to flow untuk menghasilkan prediksi harga, mempertimbangkan halving event, dan mendukung narasi penyimpanan nilai adalah termasuk kemampuan yang keren banget. Sayangnya, cakupannya yang terbatas, ketergantungan yang berlebihan pada data historis, dan model penilaian alternatif menandakan perlunya pendekatan yang hati-hati dan komprehensif.
Model Penilaian Harga Lainnya
Kalau ngomongin tentang model penilaian alternatif lainnya yang bisa digunakan untuk menilai harga Bitcoin, aku punya daftar beberapa model yang umum digunakan oleh para analis dan investor (tentunya selain Bitcoin stock to flow model):
- Hukum Metcalfe. Hukum Metcalfe menyatakan bahwa nilai sebuah jaringan sebanding dengan kuadrat jumlah penggunanya. Ketika pada Bitcoin, model ini menunjukkan bahwa nilai Bitcoin terkait dengan kuadrat jumlah pengguna aktif di jaringan tersebut[2].
- Rasio NVT. Rasio Network Value to Transactions (NVT) membandingkan kapitalisasi pasar Bitcoin dengan volume transaksi on-chain harian[3]. Rasio NVT digunakan untuk mengidentifikasi potensi overvaluation atau undervaluation Bitcoin yang relatif terhadap aktivitas transaksinya.
- Biaya Produksi. Model ini memperkirakan nilai Bitcoin dengan cara mempertimbangkan biaya mining[4]. Biaya lainnya juga dipertimbangkan, seperti biaya listrik, biaya mining hardware, dan biaya operasional. Poin dari model ini adalah biaya produksi harus bertindak sebagai batas bawah untuk nilai aset.
- Analisa Sentimen Pasar. Sebagian model mencoba mengukur sentimen dan emosi pelaku pasar dengan menganalisa aktivitas media sosial, sentimen berita, dan indikator lainnya. Dengan memahami keseluruhan sentimen septar Bitcoin, para analis bisa mencoba memprediksi nilainya[5].
Selalu ingat kalau model-model ini juga punya keterbatasan, dan keakuratannya dalam memprediksi nilai Bitcoin masih diperdebatkan secara luas. Enggak ada satupun dari model-model tersebut yang bisa dianggap sebagai tool yang berdiri sendiri. Sebaliknya, kamu harus menggunakan semuanya untuk memperkaya analisa dan proses pengambilan keputusan kamu!
Kesimpulan
Bitcoin stock to flow model telah muncul sebagai terobosan untuk menganalisa nilai dan potensi BTC di masa depan. Kemampuannya untuk menangkap kelangkaan dan prediktabilitas pasokan Bitcoin telah merevolusi cara kita memandang dan mengevaluasi aset digital ini.
Stock to flow Bitcoin bisa memprediksi tingkat harga di masa depan berdasarkan berkurangnya pasokan aset Bitcoin baru memberikan panduan yang berharga buat para investor dan trader. Model ini menyoroti potensi apresiasi harga yang substansial di tahun-tahun mendatang, memperkuat gagasan bahwa Bitcoin bisa berfungsi sebagai penyimpan nilai dan lindung nilai terhadap inflasi.
Jangan lupa kalau model stock-to-flow bukanlah tool yang berdiri sendiri. Beberapa orang berpendapat bahwa model ini terlalu menyederhanakan dinamika pasar crypto yang kompleks dan mengabaikan faktor-faktor lain yang berpengaruh.
Kalau kamu memutuskan untuk membeli Bitcoin, pastikan menggunakan crypto exchange yang tepercaya, seperti Kraken, Binance, atau KuCoin.
Konten yang dipublikasikan di situs web ini tidak bertujuan untuk memberikan segala jenis nasihat keuangan, investasi, perdagangan, atau bentuk lain apa pun. BitDegree.org tidak mendukung atau menyarankan Anda membeli, menjual, atau menahan segala jenis cryptocurrency. Sebelum membuat keputusan investasi keuangan, konsultasikan dengan penasihat keuangan Anda.
Referensi Ilmiah
1. T. G. Morillon, R. G. Chacon: 'Dissecting the Stock to Flow Model for Bitcoin';
2. T. Peterson: 'Metcalfe's Law as a Model for Bitcoin's Value';
3. C. M. Hafner, S. Majeri: 'Analysis of Cryptocurrency Connectedness Based on Network to Transaction Volume Ratios';
4. A. Hayes: 'A Cost of Production Model for Bitcoin';
5. I. Gurrib, F. Kamalov: 'Predicting Bitcoin Price Movements Using Sentiment Analysis: A Machine Learning Approach'.