🎁 Airdrop Season 7 is LIVE - Answer Fun Questions to Earn $30K Prize Pool Rewards. JOIN NOW!

Free Airdrop Season 7 is LIVE! Answer fun questions or do simple tasks to earn rewards from the $30K BitDegree prize pool. Participate Now ! 🔥

Augmented Reality Metaverse: Penjelasan Lengkap

Metaverse sering kali menimbulkan beragam pertanyaan. Salah satu pertanyaan utama yang muncul adalah, "apa itu augmented reality metaverse, dan bagaimana cara merasakannya?". Topik ini menarik dan lagi ramai dibahas, tapi seperti aspek metaverse lain, mungkin sulit untuk dipahami. Tapi, ayo kita cari tahu cara kerja augmented reality metaverse!

Subjek ini memfokuskan serangkaian ide lain yang sangat berkaitan dengan metaverse, termasuk VR untuk metaverse, teknologi blockchain, interoperabilitas, dll. Semuanya saling berhubungan dan tumpang tindih. Ada juga pertanyaan, “apa beda augmented reality dan virtual reality?

Hal yang juga menarik dari topik ini adalah: karena metaverse relatif baru, apalagi digabungkan dengan teknologi blockchain dan Web3, industri ini punya banyak cara untuk berkembang dan bertransformasi di masa depan. Ayo kita jelajahi tujuan dari keberadaan augmented reality metaverse.

What is Odysee & LBRY? Is Decentralized YouTube Possible? (ANIMATED)

Apakah kamu tahu?

Ingin menjadi lebih pintar & menambah penghasilan dengan crypto?

Berlangganan - Kami membuat video baru tentang penjelasan crypto setiap minggu!

Apa itu Augmented Reality Metaverse?

Augmented Reality Metaverse adalah metode yang membuat dunia fisik bisa diubah secara persepsi untuk menampilkan dunia digital, biasanya diproyeksikan lewat headset VR metaverse khusus. Headset VR ini tidak sepenuhnya imersif dalam artian tidak menghalangi keseluruhan keberadaan fisik, tapi lebih ke melapisi aspek-aspek baru di dalamnya.

Jenis headset VR untuk metaverse secara teknologi berbeda dari VR lain yang membatasi dunia fisik secara total. Untuk bisa merasakan augmented reality metaverse, headset harus lebih jernih dan lebih berfungsi sebagai lensa. Lensa ini memungkinkan penggabungan pengalaman dunia fisik dengan keluasan dunia digital, yang pada dasarnya menjadikan keduanya menyatu.

Wacana tentang metaverse dan augmented reality memang jarang dibahas, tapi saat ini ada peningkatan minat seputar keduanya yang bisa berfungsi berbarengan. Intinya, Metaverse augmented reality adalah dunia yang memanfaatkan elemen fisik dunia nyata dengan mencampurkan piksel ke dalam bidang penglihatan.

Augmented reality Metaverse: pelukis sedang pakai kacamata AR.

Misalnya, perhiasan pintar seperti jam tangan pintar bisa digpakai di metaverse augmented reality, yang dipakai avatar kamu. Alat-alat yang menerapkan gamifikasi seperti kartu trading juga bisa dipindahkan. Begitu juga dengan item pakaian yang sudah diberi kode QR khusus, supaya bisa dibawa ke metaverse. Tergantung seberapa canggih peralatan metaverse-nya, kalau bisa nge-scan rumah, ruangan virtual juga bisa terang kalau kamu hidupkan lampu fisik.

Mungkin agak sulit untuk kasih contoh nyata tentang cara kerjanya karena topik ini masih terbilang baru di teknologi metaverse, dan seringkali sulit untuk menerawang masa depannya. Tapi, topik ini bisa jadi titik awal yang baik untuk mengalirkan imajinasi kamu.

Ayo kita bahas dua contoh perangkat yang bisa menawarkan pengalaman seperti tadi untuk mendasari diskusi ini. Contoh paling terkenal dari perangkat yang bisa memproyeksikan skenario AR (augmented reality) adalah Google Glass.

Augmented reality Metaverse: seorang pria yang sedang pakai kacamata AR menunjuk sesuatu.

Google Glass adalah jenis lensa yang memungkinkan kamu menjelajahi web dan mengakses internet lewat kacamata. Artinya, alat ini berfungsi ganda sebagai kacamata asli, sekaligus sebagai alat untuk augmented reality. Desainnya minimalis, dan terlihat seperti kacamata modifikasi. Saat dirilis, metaverse tidak menjadi topik utamanya. Malahan, orang-orang bahas tentang gagasan realitas campuran.

Singkatnya, kacamata ini adalah contoh konsep penggabungan fitur digital dengan realitas fisik, yaitu cabang dari augmented reality. Sayangnya, Google Glass dihentikan produksinya setelah beberapa tahun. Google tidak pernah menjelaskan alasannya, tapi ada kekhawatiran yang berkembang mengenai privasi dan penguntitan, di mana orang bisa secara diam-diam memotret dan memfilmkan orang-orang di sekitar.

Perangkat yang lebih kontemporer yang bisa digunakan untuk augmented reality metaverse adalah Apple Vision Pro. Seperti Google Glass, alat ini menutupi mata kamu dan bisa menampilkan piksel dan data ke dunia di depan kamu. Spesifikasinya jauh lebih tinggi, dan karena rilisnya yang lebih terkini, banyak penggemar teknologi menjadikannya sebagai jenis peralatan metaverse.

Augmented reality Metaverse: seorang pria yang sedang pakai kacamata AR membentangkan jari.

Apple Vision Pro diciptakan sesudah Google Glass, artinya developer sudah belajar dari kekurangan alat sebelumnya, dan melakukan upaya untuk mengatasinya. Meski Google Glass tampak seperti kacamata biasa dengan beberapa modifikasi dan bisa mengambil video dan gambar tanpa memberi tahu siapa pun, Vision Pro punya tampilan yang sangat khas sehingga orang lain bisa dengan mudah mengenalinya sebagai alat augmented reality metaverse. Ditambah lagi, saat video dan gambar diambil, cahaya ditampilkan ke dunia luar, supaya orang lain bisa tahu.

Keduanya adalah contoh yang tepat untuk headset metaverse dan augmented reality yang memungkinkan orang merasakan kehidupan fisik bersama dengan ruang digital. Ayo kita selidiki lebih jauh, dan fokus ngebahas apa beda augmented reality dan virtual reality. Caranya adalah dengan melihat kelebihan dan kekurangan yang ditawarkan oleh augmented reality metaverse, dibanding versi realitas virtual standar.

Manfaat Augmented Reality Metaverse

Salah satu manfaat utama augmented reality metaverse, dibanding VR standar untuk metaverse, adalah pengalamannya yang tidak terlalu membingungkan. Pengguna augmented reality masih bisa terpapar dunia fisik di sekitar, dan tidak terlalu kewalahan atau tidak nyaman karena masih bisa napak tanah. Otak tidak terbiasa melihat hanya dunia yang berpiksel, dan augmented reality bisa memberikan kesan yang lebih alami.

Augmented reality Metaverse: seorang anak yang sedang pakai kacamata AR membentangkan jari.

Untuk metaverse, kelebihannya adalah pengguna bisa menghabiskan lebih banyak waktu untuk berinteraksi di ruang digital tanpa merasa pusing atau terputus dari kenyataan. Ironisnya, dengan merasakan dunia yang bercampur dengan fisik, pengguna mungkin bisa lebih tenggelam dalam emosi dan waktu, karena mereka tidak dibatasi oleh kekurangan yang timbul dari headset.

Augmented reality metaverse secara alami dinilai lebih aman di tingkat fisik, karena kekhawatiran dan ketakutan mengenai tabrakan atau tabrakan dengan objek dunia nyata yang mungkin berada dalam jarak dekat berkurang. Dalam hal pengalaman nyata yang ditawarkan oleh VR untuk metaverse, tidak ada yang bisa bikin lebih kaget dibanding menabrak benda nyata secara tidak sengaja, atau dikejutkan oleh orang lain yang hampir nabrak mereka.

Augmented reality Metaverse: seorang pria yang sedang pakai AR membentangkan tangan.

Saat berada di metaverse VR, kamu dimaksudkan untuk tenggelam sedalam mungkin di dunia digital. Bagi banyak orang, hal ini berarti secara teoritis meninggalkan dunia fisik, dan meninggalkannya. Tapi, dengan augmented reality metaverse, hal ini tidak terlalu jadi poin yang harus ditakutkan. Pencampuran realitas ini menandakan bahwa menenggelamkan diri sepenuhnya tidak terlalu berperan.

Kekurangan Augmented Reality Metaverse

Di samping kelebihan metaverse augmented reality, ada juga kekurangan dan hambatannya. Yang pertama dan paling mencolok adalah kurangnya kesan mendalam. Kamu tidak sepenuhnya dibawa ke dunia digital sehingga kamu mungkin kesulitan untuk berintegrasi sepenuhnya ke dunia digital.

Bertahan di dunia fisik bisa menghentikan beberapa pengguna untuk sepenuhnya membenamkan diri ke metaverse. Sebenarnya, hal ini sangat bergantung pada masing-masing individu, karena setiap individu mengonsep dunia dengan caranya masing-masing. Bagi sebagian orang, hal ini mungkin sangat mudah, tapi bagi orang lain, mungkin sangat sulit. Cara terbaik untuk tahu siapa diri kamu adalah dengan mencoba sendiri jenis peralatan metaverse ini.

Augmented reality Metaverse: seorang pria dengan kacamata AR sedang fokus.

Ada juga kendala lingkungan yang muncul terkait metaverse dan augmented reality. Lingkungan sekitar memainkan peran penting dalam pembangunan ruang, artinya keberadaannya bisa mendukung atau membatasi perasaan metaverse. Jika kamu tinggal di rumah kecil atau berada di ruangan kecil, metaverse mungkin terasa sedikit sesak.

Selain itu, ada juga kesulitan untuk mematikan rangsangan eksternal dan langsung. Misalnya, jika kamu tinggal di rumah yang banyak penghuninya, dan beberapa di antaranya adalah anak-anak atau orang yang harus kamu rawat, kehadiran mereka bisa menghalangi kamu untuk menyelam sepenuhnya. Bukan berarti mereka menghentikan kamu menikmati augmented reality metaverse, tapi mereka bisa bikin kamu menghentikan jenis transendensi digital yang secara hipotesis bisa ditawarkan oleh metaverse.

Augmented Reality Metaverse dan Teknologi Blockchain

Wacana seputar augmented reality metaverse masih baru dan berkembang, sehingga belum ada jawaban pasti untuk hampir semua pertanyaan yang kita punya saat ini. Tapi, kita mulai paham bagaimana industri ini terbentuk dan bagaimana para ahli dan peminat memikirkan sifat industri ini. Salah satu pertanyaan mendesak tentang persimpangan antara metaverse dan augmented reality adalah bagaimana teknologi blockchain bisa bersinergi di sini.

Augmented reality Metaverse: seorang pria dengan headset VR/AR sedang tersenyum.

Ketika ngebahas metaverse standar, yang melibatkan headset VR metaverse dan fitur lain dari lingkungan digital yang imersif, kita sering menganggap teknologi blockchain sebagai cara untuk membuat industri ini lebih bisa dioperasikan dan saling terkait. Tidak hanya itu, ada juga pengakuan bahwa teknologi blockchain bisa membantu menciptakan ruang di mana setiap orang punya kemampuan untuk bisa berpartisipasi.

Ide-ide seperti ini bekerja sempurna ketika menyangkut lanskap digital yang sangat imersif, tapi ide-ide tersebut sedikit lebih sulit untuk diproses dan dipahami oleh augmented reality metaverse. Ketika suatu ruang terjalin dengan lingkungan fisik seseorang, kekhawatiran mengenai siapa yang punya ruang tersebut akan berkurang, karena normalnya orang yang punya ruangan tersebut sudah pasti pemiliknya.

Misal, kamu pakai headset augmented reality untuk mengakses metaverse realitas campuran di kamar tidur kamu, rasanya agak sia-sia mempertanyakan aturan kepemilikannya, karena pikiran kamu secara otomatis akan langsung menyimpulkan bahwa itu milik kamu. Meski begitu, masih banyak hal yang perlu didiskusikan dan dibongkar sehubungan dengan topik ini.

Augmented reality Metaverse: seorang pria dengan VR sedang menunjuk.

Meski terlihat jelas, ada beberapa kelemahan yang perlu diatasi, dan masih banyak ruang bagi teknologi blockchain untuk memainkan peran penting. Kita perlu mengalihkan fokus kita dari siapa pemilik ruang virtual tempat kita berinteraksi, dan mempertanyakan siapa yang punya suara dalam hal pengembangan, konstruksi, dan penerapan fitur dan protokol tertentu.

Dengan metaverse yang standar dan imersif, pembahasan tentang kepemilikan bisa dibahas dengan lebih mudah karena metaverse ini sering kali dipandang sebagai wilayah atau tempat personal. Makanya, masuk akal untuk mempertanyakan siapa pemilik lokasi tersebut. Jenis pemikiran ini punya bobot yang lebih ringan dengan augmented reality metaverse. Akan lebih masuk akal untuk mempertanyakan siapa yang punya hak suara ketika menyangkut penambahan aspek baru dari metaverse, dan apa yang harus dikembangkan selanjutnya.

Semua ini tentang tata kelola. Di dunia blockchain, tata kelola adalah topik yang sangat hangat, bahkan di luar metaverse. Singkatnya, ini adalah cara masyarakat memutuskan aturan apa yang harus diterapkan dalam suatu ekosistem. Umumnya, hal ini diputuskan lewat pemungutan suara dan referendum di blockchain, di mana orang mengunci keputusan mereka dengan aset khusus yang dikenal dengan token tata kelola.

Augmented reality Metaverse: seorang wanita dengan kacamata AR sedang menunjuk.

Di metaverse, token tata kelola jadi lebih penting dari sebelumnya, karena mereka yang punya token paling banyak bisa jadi pembuat kebijakan dan punya suara mengenai sifat ekosistem, protokol, atau layanan. Hal ini menimbulkan pertanyaan: perubahan atau keputusan kebijakan seperti apa yang diinginkan masyarakat di metaverse augmented reality?

Sulit untuk menentukannya secara pasti, tapi ada beberapa gagasan yang bisa dieksplorasi. Pengguna mungkin ingin kasih suara tentang fitur baru apa yang dikembangkan. Pengguna lain mungkin ingin bersuara tentang cara kerja kebijakan privasi dan berbagi data. Pada tingkat yang lebih mendasar, masyarakat mungkin tertarik untuk kasih suara tentang bagaimana kebijakan diputuskan, dan siapa yang bertanggung jawab.

Hal ini mungkin kedengarannya tidak menarik, tapi sangat penting untuk ekosistem apa pun, terutama jika menyangkut metaverse. Karena hal ini sangat terkait dengan pengalaman hidup dan interaksi seseorang dengan lingkungannya. Bagi banyak orang, fakta bahwa tata kelola bisa didistribusikan dengan cara ini adalah salah satu fitur terbaik teknologi blockchain. Hal ini menambah tingkat demokratisasi yang sulit ditemukan di negara-negara yang tidak mengintegrasikan alat-alat tersebut ke proyek mereka.

Augmented reality Metaverse: seorang wanita dengan kacamata AR sedang antusias.

Penting untuk disadari bahwa pertanyaan tentang kepemilikan mungkin kurang relevan di metaverse augmented reality. Tapi, pengambilan keputusan yang demokratis dan kendali bersama atas pengembangan ruang digital jadi lebih penting dari sebelumnya. Pendekatan ini bisa memastikan metaverse bisa kasih pelayanan terbaik untuk penggunanya, dan mencerminkan kebutuhan dan preferensi mereka. Metaverse semacam ini bisa bersifat dinamis, dan berkembang sesuai keinginan kolektif penggunanya.

Teknologi blockchain bisa berfungsi sebagai alat demokratis untuk pengambilan keputusan kolektif, dan memastikan metaverse adalah ruang yang dibentuk oleh mereka yang menggunakannya, bukan ditentukan oleh otoritas pusat. Dalam hal ini, peran teknologi blockchain di metaverse augmented reality bisa jadi sangat penting, dan memberikan kekuatan untuk mempengaruhi dan membentuk pengalaman digital.

Kode Etik

Seperti semua kemajuan teknologi abad ke-21, augmented reality metaverse menimbulkan beberapa pertanyaan dan topik etika yang menarik. Dua di antaranya sudah disinggung di sini. Sebagai permulaan, tata kelola adalah titik fokus yang sangat penting dari metaverse, dan di sinilah teknologi blockchain bisa dengan mulus masuk ke dalam keseluruhan arsitektur industri.

Augmented reality Metaverse: seorang wanita dengan kacamata AR sedang pegang kontroler game.

Poin utama kedua yang disebutkan adalah perihal privasi. Saat Google Glass diluncurkan, masalah privasi muncul dari sudut pandang pihak luar, yaitu seseorang yang tidak menggunakan teknologinya. Ada kekhawatiran bahwa mereka akan difilmkan tanpa sepengetahuan atau persetujuan. Masalah ini masih relevan hingga saat ini, tapi karena headset AR dibuat di bawah bayang-bayang Google Glass, mereka menangani masalah ini dengan lebih hati-hati dan penuh perhatian.

Saat ini, masalah privasi sudah beralih dari sudut pandang orang luar, dan lebih ke arah sudut pandang orang pertama. Masyarakat semakin khawatir bahwa teknologi ini akan menyedot data mereka dan menggunakannya untuk keuntungan finansial, atau untuk tujuan yang tidak berhubungan langsung dengan individu itu sendiri. Hal ini adalah ketakutan yang sangat mendesak saat ini, dan diperburuk oleh skandal seperti yang terjadi di Cambridge Analytica, di mana data digunakan untuk mempengaruhi suara politik dan pemilu.

Genre horor biasanya digunakan sebagai barometer sosial untuk memahami apa yang jadi ketakutan paling mendesak masyarakat. Serial televisi Black Mirror sering kali mengangkat tema pintu belakang privasi dan eksploitasi hampir di setiap musim. Ini adalah kekhawatiran yang membebani hati dan pikiran masyarakat.

Augmented reality Metaverse: seorang pria dengan kacamata AR.

Dengan munculnya AR, dampak negatif yang dirasakan semakin serius dan mengkhawatirkan, karena banyak headset bisa memindai sekeliling rumah atau kamar seseorang. Mereka bisa menampilkan fitur-fitur digital ke dalamnya dengan cara yang realistis dan mendalam. Tentu saja, dalam prosesnya, mereka juga bisa belajar banyak tentang bagaimana seseorang hidup di balik pintu tertutup, yang bisa menguntungkan calon pengiklan atau perusahaan yang ingin beli data tersebut.

Cara seseorang merawat rumahnya, apa yang dipilih untuk hiasan dinding, barang-barang yang dikoleksi, dan cara bersantai, semuanya bisa dimanfaatkan oleh mereka yang ingin bikin iklan bertarget. Hal ini mungkin tampak tidak masuk akal awalnya, tapi bisa dibilang kita jadi seperti diri kita sendiri saat kita sendirian, dan jika headset AR digunakan di kamar tidur kita, ada banyak sekali data yang tersedia untuk dieksploitasi oleh pihak ketiga.

Data serupa sempat ada di masa lalu. Makanya, diperlukan upaya-upaya untuk mencegah data tersebut jatuh ke tangan yang salah. Contoh yang tepat adalah keyboard di layar Google untuk ponsel Android. Alat ini punya cara untuk mempelajari lebih banyak tentang kebiasaan mengetik setiap orang dan jadi lebih intuitif seiring berjalannya waktu. Seharusnya, ada sistem yang mencegah jenis informasi ini ditransfer ke server Google, yang berarti informasi tersebut tetap berada secara lokal di perangkat.

Augmented reality Metaverse: seorang lansia dengan VR dan kontroler game.

Peningkatan ini terjadi lewat pembelajaran gabungan, yaitu jenis pembelajaran mesin di mana setiap contoh teknologi dapat wawasan lebih banyak dan meningkatkan dirinya sendiri, dengan hanya bekerja dari data lokal. Hal serupa berpotensi terjadi di headset AR, di mana perangkat lunak dan perangkat keras mempelajari lebih lanjut tentang kehidupan dan rumah seseorang dan jadi lebih intuitif, sekaligus mencegah informasi tersebut jadi bagian dari server atau perusahaan terpusat.

Meski begitu, tetap dibutuhkan kepercayaan dan keyakinan yang besar ke produsen teknologi dan pembuat metaverse untuk tidak menggunakan data ini secara tidak sah dan memberi janji plasu. Sekali lagi, di sinilah teknologi blockchain bisa berperan. Dengan menggunakan protokol terenkripsi, data bisa disimpan secara lokal atau terbatas di masing-masing pengguna.

Sistem ini masih akan menggunakan pembelajaran gabungan, tapi akan dilengkapi dengan teknologi blockchain, sehingga menawarkan lapisan tambahan ketidakpercayaan dan pada akhirnya menciptakan lebih banyak ketenangan pikiran. Proyek metaverse berbasis Ethereum bisa menggunakan pendekatan ini, bersama dengan ekosistem lain seperti Polkadot atau bahkan Binance Smart Chain.

Augmented reality Metaverse: seorang wanita sedang asyik dengan headse AR.

Dilema etika ketiga berkaitan dengan cara anak-anak berinteraksi dengan augmented reality metaverse. Ada perdebatan yang semakin berkembang tentang seberapa banyak anak-anak harus terpapar internet, dan perdebatan ini akan semakin memanas jika menyangkut dunia maya. Dunia ini adalah ruang imersif eksperimental yang masih dikembangkan tepat di depan mata kita, sehingga kita tidak tahu pasti seperti apa rasanya dalam pikiran seorang anak.

Realitas metaverse ini bisa digunakan sebagai sarana yang luar biasa untuk mendidik anak-anak atau membantu mereka secara sosial atau intelektual. Di sisi lain, paparan terhadap zat-zat tersebut menyebabkan terhambatnya perkembangan atau masalah kesehatan mental yang tidak biasa. Saat ini, kita tidak tahu ke arah mana hal ini akan terjadi, tapi hal ini jelas merupakan sesuatu yang sangat diperhatikan oleh para orang tua dan anggota parlemen.

Augmented reality Metaverse: seorang wanita dengan headset AR sedang tersenyum.

Ini hanyalah gambaran singkat dari masalah-masalah yang umum terjadi, tapi memberikan indikasi yang adil tentang masalah etika apa yang harus kita waspadai. Kemungkinan besar, ini hanyalah puncak gunung es, karena kita tidak bisa memprediksi konsep apa yang akan jadi paling signifikan sesudah dunia augmented reality metaverse lepas landas sepenuhnya.

Sama seperti kemajuan teknologi lain di era modern, perkembangan sebenarnya sering kali sedikit berbeda dari yang diperkirakan. Misalnya, mungkin muncul pertanyaan baru tentang inklusivitas dan aksesibilitas. Saat kita melintasi batas yang menarik ini, kewaspadaan dan keterlibatan terus-menerus akan diperlukan untuk memastikan bahwa realitas baru ini dikembangkan dan digunakan dengan cara yang masuk akal dan bermanfaat untuk semua orang.

Kesimpulan

Augmented reality metaverse adalah area yang menarik di ranah gelombang teknologi saat ini. Meski teknologinya sebagian besar difokuskan untuk headset VR metaverse, alat dan perangkat keras untuk metaverse AR semakin canggih, yang berarti lanskap mainstream yang sesuai dengan kategori ini mungkin sudah semakin terwujud.

Pembahasan topik seperti 'apa itu augmented reality metaverse' atau 'apa beda augmented reality dan virtual reality?' memang menarik sekaligus menakutkan karena topik ini berpotensi jadi momen baru di sejarah digital kita. Semua diskusi metaverse membawa kesadaran yang sama, apakah mereka berfokus du VR, AR, atau bahkan saat menyangkutkan nama-nama besar di ruang kripto dan blockchain, seperti Unstoppable Domains. Kemegahan dan skala bidang ini mau tidak mau harus kita hadapi.

Seiring dengan berkembangnya perangkat keras AR dan antusiasmenya yang semakin meningkat, aspek perangkat lunak pun akan menyesuaikan – termasuk metaverse. Sayangnya, alat-alat ini masih relatif mahal. Metaverse AR mungkin tidak bisa diakses oleh kebanyakan orang, yang dalam beberapa hal mungkin terasa seperti ide yang disebutkan jauh dari kenyataan. Tapi ini bukanlah cara yang tepat untuk menyikapinya. Seperti biasa, perangkat keras akan jadi lebih terjangkau, makanya ada baiknya untuk mengembangkan ide seputar perangkat keras tersebut sebelum titik tersebut.

Dengan mengingat hal ini, sangat penting untuk memperhatikan semua aspek utama dunia teknologi, terlepas dari apakah aspek tersebut bisa dinikmati atau diakses saat ini. Dunia usaha selalu bekerja keras untuk membawa proyek-proyek ini ke masyarakat luas, dan ketika hal itu terjadi, proyek-proyek ini akan lebih berhubungan dengan semua orang. Semoga dunia augmented reality metaverse bisa bermanfaat untuk umat manusia, membuka lebih banyak prospek dan pengalaman positif di skala global.

Konten yang dipublikasikan di situs web ini tidak bertujuan untuk memberikan segala jenis nasihat keuangan, investasi, perdagangan, atau bentuk lain apa pun. BitDegree.org tidak mendukung atau menyarankan Anda membeli, menjual, atau menahan segala jenis cryptocurrency. Sebelum membuat keputusan investasi keuangan, konsultasikan dengan penasihat keuangan Anda.

Tentang Para Ahli & Analis di Artikel Kami

Oleh Aaron S.

Pemimpin Redaksi

Aaron memiliki gelar master dalam bidang studi Ekonomi, Politik & Budaya Asia Timur, juga menulis makalah ilmiah dengan analisis komparatif tentang perbedaan antara bentuk kapitalisme Kolektif di AS dan Jepang, 1945-2020. Pemimpin redaksi Bitdegre...
Aaron S. Pemimpin Redaksi
Aaron memiliki gelar master dalam bidang studi Ekonomi, Politik & Budaya Asia Timur, juga menulis makalah ilmiah dengan analisis komparatif tentang perbedaan antara bentuk kapitalisme Kolektif di AS dan Jepang, 1945-2020.
Pemimpin redaksi Bitdegree ini memiliki pengalaman hampir sepuluh tahun di bidang FinTech yang tentu membuatnya telah memahami semua masalah dan perjuangan terbesar yang dihadapi para penggemar crypto. Dia juga seorang analis penuh semangat dan sangat suka dengan konten-konten berbasis data dan fakta, juga konten yang ditujukan untuk para pengguna lama Web3 dan para pengguna baru.
Aaron adalah orang yang tepat jika berhubungan dengan mata uang digital. Dengan edukasi blockchain & Web3, pria hebat ini membantu para pendatang baru agar lebih mudah memahami semuanya.
Selain hal diatas, Aaron adalah juga seorang penulis dan sering dikutip oleh berbagai outlet terkemuka. Pada waktu senggangnya dia suka meneliti tren pasar dan mencari supernova berikutnya.

Berita & Video Crypto Terbaru

Tinggalkan feedback jujur kamu

Tulis pendapat kamu & bantu ribuan orang untuk memiliki bursa kripto terbaik. Semua komentar, baik positif maupun negatif, akan diterima selama ulasan kamu jujur. Kami tidak akan mempublikasikan ulasan yang bias atau spam. Jadi, jika kamu ingin membagikan pengalaman/pendapat pribadi kamu atau hanya ingin memberikan saran - inilah saatnya!

FAQ

Apa perbedaan antara augmented reality dan virtual reality?

Virtual reality adalah ruang digital 3D yang imersif. Virtual reality menggunakan headset untuk mencakup segala sesuatu yang berada di sekitar kamu, dan menciptakan terobosan total tentang dunia fisik yang biasa kita gunakan. Augmented reality, di sisi lain, adalah penyertaan fitur digital di dunia normal/fisik. Augmented reality adalah cara memadukan berbagai jenis realitas menjadi satu. Kedua topik tersebut menarik untuk proyek-proyek blockchain yang mengamati dengan cermat bidang metaverse, seperti Unstoppable Domains.

Apakah Augmented Reality Metaverse bisa menjadi norma?

Sulit untuk menentukannya saat ini, karena AR adalah lanskap teknologi yang baru. Tapi, jika perangkat kerasnya cukup terjangkau, dan tersedia cukup banyak perusahaan yang menguntungkan dan pemimpin pasar blockchain yang ikut terlibat, hal tersebut pasti bisa terjadi. Selama ada dorongan yang cukup besar untuk Augmented Reality Metaverse, ada kemungkinan besar AR akan menjadi norma di dunia teknologi.

Bagaimana cara memilih crypto exchange terbaik?

Ketika mencari crypto exchange terbaik, Anda perlu menyeimbangkan antara fitur-fitur utama yang perlu dimiliki crypto exchange top dan juga fitur-fitur tertentu yang Anda pribadi minati. Sebagai contoh, semua exchange terbaik perlu memiliki fitur-fitur keamanan tingkat tinggi, namun jika Anda hanya berencana trading beberapa cryptocurrency yang paling utama, Anda tidak usah memikirkan variasi koin yang tersedia dalam suatu exchange.Semuanya akan bergantung pada pilihan Anda!

Cryptocurrency exchange mana yang paling cocok untuk pemula?

Ketika membaca ulasan crypto exchange terbaik, Anda akan menyadari bahwa sebagian besar exchange dirancang sehingga mereka mudah untuk digunakan. Walaupun ada beberapa exchange yang didesain dengan lebih ramping dan mudah dipakai, Anda tidak akan mengalami kendala apa pun saat menggunakan exchange top mana pun. Dari segi pengguna sendiri, banyak yang mengatakan bahwa KuCoin termasuk salah satu exchange paling simpel yang saat ini ada di pasaran.

Apa perbedaan antara crypto exchange dan broker?

Sederhananya, cryptocurrency exchange adalah tempat di mana Anda saling bertukar cryptocurrency dengan orang lain. Platform exchange (seperti Binance) berperan sebagai penengah - yaitu untuk menjembatani Anda (penawaran atau permintaan Anda) dengan orang lain (penjual atau pembeli). Pada kasus broker, tidak terdapat "orang kedua" - Anda datang dan menukarkan koin kripto atau uang fiat Anda ti dalam platform, tanpa ada campur tangan pihak ketiga. Ketika berbicara tentang peringkat exchange cryptocurrency, kedua istilah di atas (exchange dan broker) biasanya digabungkan menjadi satu istilah - exchange. Hal tersebut dilakukan untuk penyederhanaan.

Apakah semua cryptocurrency exchange terbaik berbasis di Amerika Serikat?

Tidak, sama sekali tidak! Walaupun ada beberapa cryptocurrency exchange top yang berbasis di AS (seperti KuCoin atau Kraken), ada juga beberapa platform teratas yang berlokasi di belahan dunia lain.. Sebagai contoh, Binance berada di Tokyo, Jepang, sedangkan Bittrex berlokasi di Liechtenstein. Ada beberapa alasan mengapa exchange tertentu memilih tuk berlokasi di negara tertentu, biasanya karena alasan kemudahan berbisnis. Namun, faktor geografi tidak mempengaruhi kualitas platform sendiri.