🚨 Waktunya Hampir Habis: Amankan Tempatmu di Lucky Draw & Klaim Rewardnya! MULAI SEKARANG
Bab 6:  dApp & DeFi
Jul 07, 2023 |
diperbarui: Apr 03, 2024

Apa itu Web 3.0?

Fakta Menarik:
Apakah kamu tahu bahwa Dr. Gavin Wood adalah orang yang pertama kali mencetuskan Web 3.0?
sedang
10 menit

Setiap kali kamu berselancar di internet, pastinya istilah "Web 3.0" terus bermunculan, bisa saja disebutkan dalam satu konteks khusus atau konteks lainnya. Kecenderungan ini sampai pada titik di mana teman-teman saya, yang bahkan tidak berhubungan langsung dengan kripto, bertanya-tanya - sebenarnya, apa itu Web 3.0 yang kerap beredar akhir-akhir ini?

Saya akui - ini bukan pertanyaan sederhana! Belum ada seorang pun yang bisa menetapkan definisi Web 3.0, dan para ahli tampaknya menggunakan bahasa teknologi canggih dan terminologi yang rumit ketika diminta untuk mendefinisikan konsep tersebut. Namun, saya siap untuk menyelesaikan tantangan ini – saya akan mencoba membahas topik ini dengan cara yang mudah dipahami.

Kita hanya akan fokus pada Web3. Secara khusus, saya akan menjawab pertanyaan seperti apa itu Web 3.0, bagaimana cara kerjanya, dan apa saja yang membedakan Web 1.0 & Web 2.0 dengan Web 3.0.

Menurut definisi beken:

Web3 adalah konsep iterasi baru dari World Wide Web berbasis blockchain, yang menggabungkan banyak konsep termasuk desentralisasi dan ekonomi berbasis token.

Tapi, apa itu Web 3.0 sebenarnya?

Apa itu Web 3.0: Apa itu Web 3.0?

Seperti kebanyakan topik yang tampaknya kompleks, untuk memahami Web 3.0 – juga dikenal sebagai "internet baru", kita harus terlebih dahulu menjelajahi iterasi konsep sebelumnya - yaitu, Web 1.0, dan 2.0.

Web 1.0

Web 1.0 dapat dipahami sebagai asal usul internet. Banyak yang sepakat bahwa versi web ini berlangsung dari tahun 1980-an, hingga awal 2000-an. Karakteristik yang mendasari bentuk web ini adalah pengguna hanya bisa melihat informasi secara online, tanpa bisa menyesuaikan pengalaman penggunaan internet itu sendiri. Misalnya saja - Internet "Hanya Baca", di mana pengguna hanya ditempatkan sebagai KONSUMEN data.

Konsep tersebut secara umum merupakan penemuan baru. Pada saat itu, orang-orang hanya bisa mengakses semua informasi lewat surat kabar dan buku – Web 1.0 sebenarnya mendigitalkan pengalaman pemrolehan informasi.

Apa itu Web 3.0: Web 1.0.

Untuk lebih spesifik, kamu bisa mengunjungi halaman web statis, dan membaca topik yang menarik minat kamu. Biasanya kamu tidak akan bisa membuat profil pribadi, dan seluruh pengalaman penjelajahan kamu hanya akan diarahkan untuk mengakses informasi yang kamu cari saja. Dengan kata lain, tidak ada yang bersifat "pribadi" mengenai bentuk internet ini – Web 1.0 murni berkisar pada konsumsi informasi.

Karena konsepnya yang masih benar-benar baru, tentu saja Web 1.0 memiliki banyak kelemahan. Salah satunya, seperti yang baru saja saya sebutkan – kurangnya personalisasi. Selain itu, versi pengalaman internet Web 1.0 juga sangat lambat, dan pengguna dituntut untuk memiliki banyak kesabaran ketika menerima atau mengirim informasi.

Web 2.0

Seiring berjalannya waktu, ketika internet sudah semakin populer, fungsionalitasnya juga mulai berkembang. Kemunculan platform media sosial dan saluran pengumpulan data menandai awal dari apa yang di sebut dengan Web 2.0 - dengan kata lain, Web 2.0 adalah versi internet yang sudah kita ketahui semua dan gunakan saat ini.

Jika kamu bertanya apa definisi yang tepat untuk versi web ini? Jawabannya adalah - kamu.

Web 2.0 menghadirkan kemampuan untuk BERINTERAKSI, bukan hanya untuk kepentingan konsumsi saja. Misalnya, membuat profil sosial, mengidentifikasi diri kamu sebagai bagian dari basis data perusahaan teknologi besar, dan dengan demikian, kamu bisa menyesuaikan pengalaman personal kamu di internet. Web 2.0 bersifat jauh lebih pribadi, dengan pengalaman menjelajah yang disesuaikan dengan preferensi, keinginan, dan kebutuhan pribadi kamu. Terbentuknya koneksi pengguna dan partisipasi sosial menjadi faktor utama dari versi internet ini.

Keseluruhan ide dan tujuan internet berubah total. Web 2.0 dijadikan sebagai ajang untuk menunjukkan siapa diri kamu dengan mengirim atau menerima data secara instan melalui streaming langsung, berbagi video, atau pesan instan. Jenis kontennya pun diubah dari statis menjadi dinamis. Dengan begitu, data bisa diakses secara langsung. Btw, semakin ke sini semakin menarik juga pembahasa apa itu Web 3.0 ini!

Apa itu Web 3.0: Fungsionalitasnya semakin berkembang.

Facebook dan Google adalah contoh umum dari sekian banyak perusahaan teknologi yang disebutkan sebelumnya. Kedua merek ini adalah perusahaan RAKSASA yang bergerak di bidang pengumpulan data dan personalisasi – keahlian perusahaan tersebut sudah sampai pada titik di mana mereka bisa tahu apa yang kamu suka dan tidak suka, bahkan lebih presisi daripada dirimu sendiri!

Platform tersebut mengumpulkan dan menganalisis informasi milik kamu, dan kemudian menjualnya ke pengiklan pihak ketiga sehingga pihak ketiga tersebut dapat melakukan pekerjaan dengan tepat sasaran dalam menargetkan iklan kepada kamu nantinya. Proses ini telah berkembang dengan sangat pesat sampai pada titik di mana ketika kamu berencana untuk membeli boneka beruang mewah, besoknya kamu akan melihat beberapa iklan yang menampilkan toko mainan lokal di sekitar kamu!

Tentu saja, semua ini tidak menyertakan "ilmu hitam" di dalam prosesnya. Namun, contoh lelucon semacam itu semakin menegaskan seberapa banyak informasi pribadi yang kita berikan, dan seberapa jauh proses tersebut berlaku selama bertahun-tahun.

Apa itu 3.0: Preferensi, keinginan, dan kebutuhan pribadi.

Seperti yang mungkin kamu bayangkan, kekhawatiran terbesar terhadap Web 2.0 adalah privasi data pengguna. Sebagian orang memang berupaya secara aktif untuk menyerahkan informasi pribadi mereka ke platform agregasi data raksasa, namun sebagian yang lain mulai mencari cara alternatif untuk menggunakan internet dengan bijak – yakni, cara yang tidak akan melibatkan institusi terpusat untuk mengendalikan segala sesuatu yang dilihat oleh pengguna di internet.

Di dalam kepentingan inilah, konsep Web 2.0 VS Web 3.0 kemudian diperkenalkan.

Web 3.0

Definisi yang paling sederhana dari apa itu Web 3.0 adalah "internet terdesentralisasi". Web 3.0 adalah bentuk web yang memungkinkan penggunanya untuk tetap berstatus anonim ketika menggunakannya, dan memiliki keleluasaan untuk membagikan data apa saja yang dirasa nyaman untuk dibagikan. Banyak sumber yang menyebutkan bahwa bentuk internet ini juga diperkirakan jauh lebih cepat, dan memanfaatkan analisis data. Internet Web 3.0 akan menjadi lebih pintar karena melibatkan komputer kuantum dan algoritma self-learning atau AI.

Pengalaman berselancar di internet dengan Web 3.0 juga akan berubah. Kita akan lebih sering mendengar tentang Metaverse, Virtual atau Augmented Realities sebagai media data. Tipe data akan berubah dari data dinamis menjadi data live, dan kebanyakan akan berubah dan diproduksi secara instan, di mana saja dan kapan saja .

Web 3.0 tidak akan dikendalikan oleh institusi terpusat mana pun. Sebaliknya, Web 3.0 akan sepenuhnya bersifat terdesentralisasi – artinya, tidak ada perusahaan atau lembaga sentral yang akan mendominasi ruang berinternet. Jadi, tidak akan ada semacam direktur atau CEO!

Kok bisa? Nah, saat ini, Web 3.0 dieksplorasi melalui lensa teknologi kripto. Misalnya saja, Bloomberg menggambarkan Web3 sebagai konsep yang "akan membangun aset keuangan dalam bentuk token yang akan diterapkan ke hampir semua hal yang semua orang lakukan secara daring".

Apa itu Web 3.0: Web 2.0 vs Web 3.0.

Mari kita pahami dengan lebih seksama tentang apa itu Web 3.0 ini  – mata uang kripto tidak selalu terkait dengan Web 3.0, paling tidak secara inheren. Sangat mungkin untuk membuat versi internet terdesentralisasi tanpa mengikutsertakan aset kripto yang ada saat ini. Namun, keterlibatan mata uang kripto dan teknologinya membantu mengkonseptualisasikan tujuan ini dengan lebih mudah.

Mata uang kripto dibangun di atas blockchain – atau bisa disebut dengan basis data khusus yang sebagian besar bersifat terdesentralisasi. Untuk bisa mendapatkan mata uang kripto, biasanya kamu harus berpartisipasi dalam proses yang dikenal sebagai "mining" – pada dasarnya, kamu perlu menghubungkan komputer milikmu ke jaringan, dan menggunakan sumber dayanya untuk membantu mengonfirmasi transaksi yang terjadi pada blockchain tempat mata uang kripto tersebut berada.

Lewat proses ini, kamu bisa menjadi peserta aktif dalam jaringan blockchain dan membantu jaringan tersebut agar tetap terdesentralisasi.

Terakhir, untuk bisa mengirim dan menerima mata uang kripto, kamu memerlukan dompet – aplikasi tempat aset kripto kamu disimpan dengan aman. Setiap dompet memiliki dua kode – alamat publik, dan kunci pribadi. Alamat publik digunakan untuk bertransaksi dengan menggunakan mata uang kripto, sedangkan kunci pribadi adalah kunci rahasia khusus milikmu yang digunakan untuk mengakses dompet!

Saya sudah berjanji untuk tidak terlalu banyak menyentuh bahasan teknologi yang rumit, jadi saya akan mencukupkan informasi tentang kripto sampai di sini saja. Tapi, kenapa saya menyentuh pembahasan ini?

Tentu karena semua istilah dan konsep kripto relevan dengan Web 3.0!

Di Web 3.0, seseorang mungkin akan menggunakan dompet mata uang kripto sebagai pengganti profil sosial. Dompet ini akan digunakan untuk memverifikasi profil kamu, dan masuk ke situs web tertentu, sekaligus untuk mengonfirmasi tindakan yang akan kamu lakukan di internet - menyukai gambar profil temanmu, membeli gambar digital, atau menghadiri konser bintang pop di Metaverse. Teknologi Blockchain akan membantu kamu melakukan semua proses ini secara anonim.

Apa itu Web 3.0: Privasi data pengguna.

Tentu saja, seperti yang mungkin kamu bayangkan, versi internet yang terdesentralisasi akan membawa banyak masalah. Salah satu manfaat dari versi Web 2.0 yang berlaku saat ini adalah diterapkannya moderasi yang super ketat, dan konten ilegal dengan cepat dihapus dari situs web.

Siapa yang kemudian akan memoderasi situs web ilegal jika Web 3.0 tidak memiliki otoritas pusat? Di sinilah konsep "DAO" dimunculkan.

"DAO" adalah "Organisasi Otonom Terdesentralisasi". Istilah ini terdengar sangat eksklusif, tetapi konsepnya sendiri sebenarnya cukup sederhana untuk dipahami.

Skenarionya adalah di Web 3.0 nantinya setiap situs web akan memiliki mata uang kripto tersendiri (mata uang ini akan dikenal sebagai koin Web 3.0). Jika kamu memiliki sebagian dari mata uang kripto itu, kamu bisa berpartisipasi dalam proses pengambilan keputusan pembuatan situs web tersebut – konten apa yang harus ditampilkan dan apa yang harus dihapus, skema warna situs apa yang cocok, memberlakukan paywall bagi pengguna untuk dapat bergabung atau tidak, dan sebagainya.

Bersama dengan pemegang mata uang kripto yang lainnya, kamu bisa memiliki hak suara yang berkaitan dengan pembuatan keputusan penting di situs web tersebut. Ketentuan ini akan membentuk DAO sebagai organisasi terdesentralisasi yang mampu membuat keputusan inti di balik fungsionalitas situs web.

Apa itu Web 3.0: DAO.

Sebelum saya membahas poin lain, mari kita ulas lagi secara singkat tentang semua poin yang telah kita pelajari tentang apa itu Web 3.0.

Web 3.0 adalah versi internet yang terdesentralisasi. Web ini sebenarnya merupakan pembaruan yang dikonseptualisasikan dari Web 2.0, yaitu bentuk internet saat ini yang kita ketahui secara umum. Web 3.0 bertujuan untuk menangani hal-hal seperti privasi data, entitas perusahaan raksasa yang mengendalikan semua yang kita lihat di internet, dan yang terpenting, privasi pengguna. Selain itu, Web 3.0 akan membawa kita berkenalan dengan media baru yang menawarkan pengalaman data yang sangan inovatif lewat Meataverses, VR, dan agregasi data instan.

Meskipun Web 3.0 tidak memerlukan mata uang kripto untuk bisa berfungsi, secara teoritis, konsep Web 3.0 sendiri jauh lebih mudah dipahami ketika kamu mempelajari cara kerja blockchain dan dompet kripto. Hal ini memungkinkan kamu untuk membayangkan bagaimana dompet mata uang kripto dapat menggantikan profil online, dan bagaimana DAO dapat menjadi jawaban untuk senantiasa menjaga moralitas dan legalitas.

Satu hal lagi yang perlu kamu ketahui adalah sesuatu yang dikenal sebagai "Web 3.0 Foundation". Kedengarannya memang seperti organisasi inti di balik Web 3.0, setuju?

Yah, sebenarnya tidak seperti itu. Web 3.0 Foundation adalah grup yang bertujuan untuk “mendukung berbagai proyek yang bertujuan untuk meningkatkan desentralisasi di internet”.

Misi yang sangat mulia! Namun, organisasi ini sering dikritik karena kebijakannya yang dinilai agak bias. Misalnya, organisasi ini pernah menawarkan hibah kepada para developer, tetapi terbatas hanya untuk mereka yang mau menggunakan blockchain mata uang kripto Polkadot yang populer untuk membuat proyek terobosan mereka. Keseluruhan organisasi itu sendiri berpusat di sekitar blockchain tersebut, sehingga kamu bisa mengerti mengapa ada sebagian yang tidak terlalu tertarik dengan organisasi ini.

Hal ini membawa saya ke poin terakhir saya dan sesuatu yang saya ingin kamu tinggalkan sebisa mungkin. Seperti yang telah saya sampaikan di artikel ini, sampai sekarang Web 3.0 masih merupakan gagasan di atas kertas, dan masih berupa konsep. Artinya, meskipun bermunculan banyak teori tentang seperti apa seharusnya versi internet Web 3.0 ini, dan gagasan tentang bagaimana Web 3.0 ini sebaiknya dikembangkan, semuanya masih dalam tahap awal!

Selain itu, banyak perusahaan dan organisasi di luar sana yang mungkin mencoba untuk memanfaatkan kesempatan ini, dan mempengaruhi perspektif orang lain dalam memahami konsep tersebut. Waspadalah! Meskipun gagasan mengenai web terdesentralisasi sangatlah menarik, masih banyak pertanyaan yang perlu dijawab, dan masih banyak masalah yang perlu ditangani hingga konsep ini layak untuk dihadirkan ke masyarakat umum. Misalnya, apa yang akan terjadi jika bagian terbesar dari suara DAO hanya terkonsentrasi di tangan satu orang? Apakah artinya kita kembali ke internet terdesentralisasi? Bagaimana cara menghindarinya?

Itu saja penjelasan dari saya tentang apa itu Web 3.0! Jika kamu ingin mempelajari lebih lanjut tentang dunia kripto, silakan baca bagian - "Apa itu NFT?"