Token vs Coin: Apa Saja Perbedaannya?
Di bagian ini, saya akan menjelaskan perbedaan antara token vs coin kripto.
Bayangkan skenario saat kamu memutuskan untuk mulai berolahraga. Saat di tengah jalan, kamu dihadapkan pada satu keputusan penting - apakah harus membeli peralatan sendiri, atau mendaftar keanggotaan gym?
Kedua pilihan tersebut memiliki kelebihan dan kekurangannya masing-masing. Jika kamu membeli peralatan pelatihan sendiri, hal ini akan memungkinkan kamu untuk berolahraga secara mandiri, dan berlatih kapan pun kamu mau. Tapi, peralatan tersebut akan menghabiskan banyak uang dan mengharuskan kamu membangun gym mini pribadi. Namun, masalah tersebut dapat dihindari dengan membeli keanggotaan gym.
Nah, contoh ini menggambarkan hubungan antara koin dan token crypto secara sempurna dengan mempertimbangkan kontra dan pro yang ada.
Di bagian ini, kita akan membandingkan token vs coin crypto. Untuk lebih spesifiknya, kita akan berbicara tentang apa itu token dan koin kripto, apa perbedaan utamanya, dan mengapa kedua hal ini menjadi sesuatu yang harus dipelajari.
Siap? Ayo kita mulai!
Video Penjelasan
Video Penjelasan: Token vs Coin: Apa Saja Perbedaannya?
Tidak suka membaca? Tonton video penjelasan 'Token vs Coin: Apa Saja Perbedaannya?'.
Crypto Token VS Coin (Animated Explainer & Examples)
Apa itu Token vs Coin Crypto?
Sebelum kita membahas perbandingan token dan coin kripto, kita perlu mencari tahu definisi mengenai kedua aset ini.
Beberapa contoh koin kripto yang paling populer mencakup Bitcoin, Ethereum, dan Binance Coin. Dengan kata lain, ketiganya adalah aset kripto yang sangat populer dan mentereng yang memiliki banyak fungsionalitas.
Di sisi lain, token adalah aset kripto yang lebih kecil yang biasanya memiliki tujuan dan fungsi yang lebih spesifik dibandingkan koin. Selain itu, token tidak dapat berdiri sendiri - token "dihosting" di blockchain koin kripto tertentu. Jadi, kita bisa simpulkan bahwa token sebenarnya dapat dianalogikan sebagai koin anak yang dipelihara di sebuah lingkungan milik koin induk.
Di sini, perlu juga disebutkan bahwa istilah “mata uang kripto” sebenarnya dapat merujuk pada koin dan token crypto - tergantung pada situasinya! Jadi, untuk memperjelas, berikut contoh kasus sederhana yang bisa kamu pelajari:
Anggap saja koin divisualisasikan sebagai sistem operasi di komputer kamu (Microsoft, Windows, atau macOS Apple), maka token kripto adalah program yang kamu luncurkan di lingkungan Windows atau macOS tersebut. Nah, Microsoft Windows sebagai perangkat lunak induk dapat beroperasi tanpa program tambahan apa pun, tetapi dengan adanya aplikasi anak tambahan, misalnya browser internet Chrome, paket Microsoft Office, dan game Cyberpunk, fungsionalitas sistem operasi menjadi lebih fleksibel dan menyenangkan. Cukup sederhana, kan?
Lebih lanjut, blockchain adalah tempat di mana data atau informasi disimpan. Saya tidak akan membahas secara rinci topik ini, tetapi jika kamu benar-benar tertarik untuk mempelajarinya lebih lanjut, kamu dapat membaca bagian "Apa itu Blockchain?".
Mari kita rangkum kembali poin sebelumnya - koin kripto memiliki blockchain tersendiri, sementara token kripto dihosting di blockchain koin yang sudah ada. Dengan kata lain, token TIDAK memiliki blockchain sendiri tetapi merupakan anak dari orang tua dengan kekuatan yang lebih besar, yakni koin, dan token menggunakan blockchain orang tua mereka untuk meluncurkan dan mengoperasikan produk mereka sendiri!
Contoh lain untuk bisa membuat kamu lebih paham adalah dengan menengok kembali skenario yang saya berikan di awal artikel ini. Jika kamu ingin mulai berolahraga dan ingin membangun gym mini pribadi (dengan peralatan kamu sendiri), kamu pastinya harus menginvestasikan banyak uang, waktu, dan kesabaran. Hal ini sama seperti ketika kamu mengembangkan mata uang kripto baru - developer harus mampu mengkodekan seluruh logika dan model fungsionalitas dari blockchain baru untuk menyokong koin masa depan rintisa mereka.
Berpegang pada contoh ini, dengan mendaftar keanggotaan gym lokal, kamu dapat menghemat uang dan banyak waktu. Dengan demikian, membuat token pada lingkungan blockchain yang ada akan jauh lebih mudah - terlepas dari fungsi seperti apa yang akan ditawarkan, inti, logika yang mendasari token tersebut akan tetap menjadi milik blockchain tempat token itu dibangun.
Saat mendiskusikan token vs coin kripto, saya berani jamin kamu pasti sedang memikirkan Ethereum. Ethereum adalah proyek kripto terbesar kedua di dunia, tepat setelah Bitcoin, dan sering disebut sebagai “komputer global”.
Sebagian besar token yang beredar saat ini dikembangkan, dibuat, dan diluncurkan di blockchain Ethereum. Secara sederhana, alasan utama yang membuat hal ini terjadi adalah karena Ethereum mungkin menyediakan lingkungan terbaik dan termudah untuk peluncuran token, dan Ethereum adalah koin pertama yang sangat banyak diadopsi oleh lingkungan blockchain lain yang cerdas yang juga mendukung fungsi Ethereum ini.
Contoh yang bagus dari token berbasis Ethereum yang sangat terkenal adalah stablecoin. Dan ya, kedengarannya aneh, tetapi ini adalah satu-satunya situasi ketika token bisa juga disebut koin, bahkan jika token-token tersebut masih bernaung di blockchain induk Ethereum. Tapi, memang stablecoin adalah token yang spesial, dan berikut alasannya!
Stablecoin adalah jenis token kripto yang harganya “dipatok” (atau terikat) dengan nilai dolar, dan juga didukung sepenuhnya oleh nilai dolar asli. Dengan kata lain, satu stablecoin akan selalu bernilai satu dolar. Hal ini dapat dibayangkan seperti dolar AS virtual di dalam blockchain dengan nilai yang selalu sama dengan dolar AS di kehidupan nyata.
Untuk mendapatkan gambaran yang lebih luas, stablecoin yang paling populer saat ini adalah USDT (Tether). Tether sangat POPULER. Saat menulis pembahasan ini, Tether adalah aset kripto terbesar ketiga, tepat setelah Bitcoin dan Ethereum, dan memiliki kapitalisasi pasar lebih dari US$78 miliar. Selain itu, seperti yang saya sebutkan sebelumnya, satu Tether akan selalu bernilai satu dolar AS dan tidak akan pernah berubah.
Jika Tether sangat mentereng, lalu mengapa Tether tidak memiliki blockchain sendiri?
Sekali lagi, hal ini dikarena keunggulan Ethereum dalam meluncurkan aset kripto seperti stablecoin atau jenis token lainnya. Tim perintis Ethereum terus meningkatkan teknologi, dan membuat Ethereum menjadi lebih mudah, universal, dan lebih cepat bagi developer untuk membuat dan menyebarkan token di blockchain ETH.
Developer token baru tidak perlu pusing memikirkan cara untuk membangun lingkungan blockchain dari awal karena developer bisa langsung memanfaatkan fungsionalitas Ethereum yang sepenuhnya universal, dan semuanya sudah siap pakai.
Apa Perbedaan Token vs Coin?
Sebelumnya kita telah memahami apa itu token vs coin kripto. Sekarang, apa perbedaan di antara token vs coin?
Nah, perbedaan mendasar antara token dan coin crypto hanyalah - koin kripto memiliki blockchain sendiri, sedangkan token menggunakan blockchain dari koin yang ada. Perlu disebutkan bahwa TIDAK SEMUA blockchain memungkinkan token untuk bisa di-hosting di dalam jaringannya!
Coba bayangkan dan anggap setiap koin kripto sebagai sebuah bangunan. Ada bangunan yang lebih besar, bangunan yang lebih kecil, dan sebagainya. Semuanya memiliki fungsi yang berbeda dan memiliki fitur yang berbeda-beda, kan?
Misalnya, ada beberapa bangunan yang memiliki garasi besar untuk dapat menyimpan banyak mobil. Lalu ada bangunan kecil (misalnya, rumah pribadi) yang mungkin tidak memiliki tempat khusus untuk menyimpan satu mobil pun!
Nah, dalam hal ini, mari kita bayangkan juga bahwa token kripto sebenarnya adalah mobil yang dapat disimpan (atau tidak) di sebelah gedung-gedung di kota virtual yang baru saja kita sebutkan tadi.
Dengan cara yang sama, beberapa blockchain koin kripto memungkinkan developer untuk membuat token di jaringannya, sementara blockcahin yang lain tidak bisa.
Mengapa? Karena memang developer koin hanya merancang blockchain untuk melayani tujuan yang berbeda. Beberapa koin dibuat dengan tujuan hanya untuk menjalankan misi khusus. Misalnya, Bitcoin dirancang untuk menjadi setara dengan uang di dunia maya dan fungsi blockchain Bitcoin hanya dirancang sebatas itu saja.
Di sisi lain, ada juga koin yang dirancang untuk menjalankan tidak hanya visi misi personal, tetapi juga menjalankan fitur tambahan, yaitu berbagi fungsionalitas dengan token yang dapat diluncurkan dan berfungsi sesuai dengan koin induk di mana token blockchain tersebut diluncurkan.
Blockchain paling populer untuk pembuatan token adalah Ethereum, Binance Smart Chain, dan TRON.
Perbedaan penting lainnya antara koin dan token crypto adalah bahwa koin biasanya melayani tujuan penggunaan yang lebih luas, dan lebih umum, sementara utilitas token hanya berkonsentrasi pada proyek tertentu.
Kedengarannya membingungkan? Tenang, saya akan memberikan beberapa contoh.
Mari kita ambil contoh token Bitcoin dan Uniswap. Bitcoin adalah mata uang kripto terbesar. Kebanyakan orang setuju bahwa kasus penggunaannya adalah sebagai "penyimpan nilai". Artinya, orang berinvestasi di Bitcoin berharap nilai investasi mereka akan tumbuh, atau setidaknya uang mereka dapat mempertahankan nilainya.
Kasus penggunaan yang sangat umum dan luas, kamu pasti setuju, kan?
Lalu, token Uniswap adalah token pertukaran kripto terdesentralisasi paling populer bernama Uniswap. Pertukaran ini memungkinkan kamu untuk menukar satu jenis token Ethereum dengan yang lain, secara anonim, dan tanpa melibatkan perusahaan resmi yang mengawasi prosesnya (dengan demikian, seluruh prosesnya terdesentralisasi). Tapi, token Uniswap sendiri tidak diperlukan untuk proses perdagangan di platform tersebut.
Jadi… Apa kegunaan dari token Uniswap?
Nah, pemegang token Uniswap dapat memberikan hak suara untuk perubahan dan peningkatan yang dilakukan di platofrm pertukaran tersebut dan mungkin mendapatkan beberapa diskon saat menukar token lain di Uniswap. Di sini, kasus penggunaan token Uniswap sangat khusus dan berkaitan erat dengan platform pertukaran terdesentralisasi.
Contoh bagus lainnya adalah koin Ethereum yang disebutkan sebelumnya, dan token terkenal yang disebut Shiba Inu. Blockchain Ethereum memungkinkan developer untuk membuat proyek kripto dengan cara yang cepat dan efisien, dengan menggunakan fitur khusus Ethereum seperti kontrak pintar.
Smart contract pada dasarnya adalah perjanjian otomatis antara dua pihak atau lebih. Saya tidak akan membahas topik ini terlalu dalam, tetapi jika kamu tertarik untuk mempelajarinya lebih lanjut, kamu dapat membaca bagian "Apa itu Kontrak Pintar?". Untuk saat ini, cukup pahami bahwa kontrak pintar adalah bagian penting dari jaringan Ethereum.
Pada dasarnya, Ethereum digunakan sebagai sarana peluncuran untuk proyek lain - layaknya seperti komputer tempat kamu menjalankan program. Jadi, token Shiba Inu merupakan salah satu dari program token Ethereum.
Shiba Inu dibuat di blockchain Ethereum dan artinya Shiba Inu memiliki semua karakteristik dasar dari blockchain Ethereum dan cara kerjanya sesuai dengan logika jaringan ini. Lalu, kamu mungkin bertanya-tanya - apa tujuan dari dibuatnya token ini?
Nah, Shiba Inu diciptakan sebagai sesuatu yang dikenal sebagai “token meme”. Pada dasarnya, token Shiba Inu tidak memiliki tujuan tunggal yang jelas, dan sebagian besar hanya digunakan untuk tujuan investasi dan meme saja. Saat ini, kamu juga dapat menggunakan Shiba Inu untuk menyumbang ke badan amal yang mengurus hewan tertentu. Selain itu, ada juga karya seni yang terinspirasi oleh proyek ini, tetapi sekali lagi, penggunaan tokennya sangat khusus.
Mengapa Perbedaan Antara Token vs Coin Penting?
Sebelumnya, kita sudah membahas apa itu koin dan token crypto, dan apa saja perbedaannya satu sama lain. Hal terakhir yang perlu kita diskusikan di bagian ini adalah pertanyaan mengapa penting untuk mengetahui perbedaan antara keduanya!
Seperti yang mungkin sudah kamu pahami, token vs coin memiliki cara kerja yang sangat berbeda. Jadi, siapa pun yang tertarik dengan dunia kripto seharusnya dapat membedakan keduanya. Itu adalah salah satu pertanyaan terbesar di kripto.
Jika saya boleh jujur, setelah paham tentang topik kripto dan mengetahui cara kerjanya, kamu tidak perlu lagi mengetahui perbedaan spesifik antara token vs coin, terutama jika kepentinganmu hanya sebatas pada kegiatan berinvestasi atau berdagang kripto.
Tentu, biaya transaksi yang dibebankan untuk token vs coin akan berbeda-beda, dan logika yang berlaku di kedua proyek akan memiliki fitur dan kebiasaan yang juga berbeda. Tapi, untuk kebanyakan investor, hal ini biasanya tidak masalah. Sebaliknya, orang-orang akan lebih jeli menyelidiki FUNGSIONALITAS PROYEK, dan proposisi nilainya - bukan pada jenis proyeknya, apakah itu koin atau token.